"Artinya kan kita merunut supaya ini disiram dengan formalin,” terangnya.
Selain itu, pihaknya juga menyiramkan formalin di semua lokasi yang tercemar seperti di kandang dan di lokasi pengulitan serta mengambil sample tanah. Saat ini sampel tersebut dibawa ke laboratorium BBVet Wates.
Tanggapan Bupati Gunungkidul
Bupati Gunungkidul Sunaryanta menanggapi munculnya kembali kasus antraks di wilayahnya. Pensiunan TNI AD ini menyebut semuanya bermula ketika masyarakat Gunungkidul belum menghilangkan kebiasaan lama mereka, membrandu (menyembelih) hewan yang sakit atau mati untuk dikonsumsi bersama-sama.
Sunaryanta mengatakan, kasus antraks sudah pernah muncul di Gunungkidul. dalam setahun dan dua tahun terakhir wilayahnya sempat dihebohkan dengan paparan antraks terhadap hewan ternak dan manusia.
"Itu terjadi di beberapa kapanewon yang ada di sini," tutur dia
Salah satu penyebabnya adalah karena warga nekat mengkonsumsi hewan yang sakit atau sudah mati. Dan untuk kasus dugaan antraks kali ini juga karena hal yang sama yaitu mengkonsumsi kambing atau sapi yang sakit ataupun mati.
Sejak dulu, di Gunungkidul memang ada tradisi porak atau brandu hewan ternak yang sakit atau mati. Porak atau brandu adalah memyembelih hewan termak yang sakit atau mati dan kemudian dagingnya dikonsumsi bersama-sama dengan tetangga. Tetangga kemudian memberi sejumlah uang untuk meringankan kerugian karena hewannya mati.
"Kita sudah berkali-kali menghimbau ke warga untuk tidak konsumsi daging hewan yang sudah sakit atau mati. Tapi ya masih ada saja warga yang mengkonsumsinya," kata dia, .
Baca Juga: Ketua DPRD Gunungkidul Endah Subekti Tumbang, Banyak Wajah Baru Duduk di Kursi Dewan
Dia sudah memerintahkan Dinas Kesehatan Hewan untuk segera melakukan antisipasi agar kasus antraks tidak meluas. Langkah antisipasi diperlukan untuk meminimalisir jumlah hewan ternak yang terpapar.
Di samping itu dia juga meminta kepada Dinas Kesehatan untuk segera bertindak sesuai prosedur di mana agar tidak ada warga lain terpapar. Meski tidak penularan dari manusia ke manusia, namun dia meminta dinas tehnis untuk melakukan langkah pencegahan.
"Tadi saya sudah perintahkan Dinas Peternakan dan juga Dinas Kesehatan mengambil langkah yang diperlukan," kata dia.
Sebenarnya untuk peternak yang hewan ternaknya mati karena antraks, pemerintah pernah menggagas bakal memberikan kompensasi terhadap mereka. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi kerugian yang diderita peternak.
Namun karena keterbatasan anggaran maka program tersebut urung dilaksanakan. Sehingga program tersebut belum bisa mereka laksanakan dan belum mengetahui bakal dilaksanakan atau tidak.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
Terpopuler
- Skincare Reza Gladys Dinyatakan Ilegal, Fitri Salhuteru Tampilkan Surat Keterangan Notifikasi BPOM
- Roy Suryo Desak Kejari Jaksel Tangkap Silfester Matutina: Kalau Sudah Inkrah, Harus Dieksekusi!
- Bukan Jay Idzes, Pemain Keturunan Indonesia Resmi Gabung ke AC Milan Dikontrak 1 Tahun
- 3 Klub yang Dirumorkan Rekrut Thom Haye, Berlabuh Kemana?
- Selamat Datang Jay Idzes! Klub Turin Buka Pintu untuk Kapten Timnas Indonesia
Pilihan
-
Daftar 5 Sepatu Lokal untuk Lari Harian, Nyaman dan Ringan Membentur Aspal
-
Aremania Wajib Catat! Manajemen Arema FC Tetapkan Harga Tiket Laga Kandang
-
Kevin Diks Menggila di Borussia-Park, Cetak Gol Bantu Gladbach Hajar Valencia 2-0
-
Calvin Verdonk Tergusur dari Posisi Wingback saat NEC Hajar Blackburn
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
Terkini
-
Mulai Agustus 2025: Pelajar Gunungkidul Bisa Cek Kesehatan Gratis! Ini Targetnya
-
APBD Siap Mengalir: Sekolah Rakyat Sleman Gunakan Tanah Kas Desa, Ini Detailnya
-
Bupati Utamakan Kesehatan Warga, Sebagian APBD Perubahan Bantul Dialokasikan untuk Biaya BPJS
-
Soal Pemblokiran Rekening Pasif oleh PPATK, BRI Angkat Bicara
-
24 Ribu Jiwa di Gunungkidul Krisis Air Bersih: Data Belum Lengkap, Ancaman Membesar