Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 28 Maret 2024 | 14:21 WIB
Beredar kabar Jogja City Mall dijual termasuk juga Sahid Rich Hotel yang terletak berdekatan

SuaraJogja.id - Sebuah unggahan dalam akun x JOG MENFESS @jogmfs ramai mendapat sorotan dari warganet. Unggahan tersebut menampilkan tangkapan layar iklan penjualan Jogja City Mall dari akun media sosial lainnya. Unggahan tersebut disertai narasi

"Dunia jog sedang tidak baik-baik saja;) Nih lagi wete'es siapa tau ada yang mau beli" tulis akun tersebut. 

Unggahan tersebut mendapat tanggapan beragam dari warganet. Bahkan ada yang memperjelas harga dengan menyebut angka Rp3 triliun dan juga spesifikasinya. 

FOR SALE : MALL AND HOTEL IN YOGYAKARTA" 

Baca Juga: Lokasi Mall di Jogja, Wajib Dikunjungi dan Mudah Ditemukan di Google Maps

JOGJA CITY MALL “#MALL & HOTEL AVAILABLE FOR SALE“ Mall dan Hotel di Jogjakarta 

Mall Jogja City Mall Hotel The Sahid Rich Hotel Jogja lokasi di jalan Magelang km & Jogjakarta luas tanah 1,2ha 

luas bangunan 50.000m2 

Jumlah lantai, 9 lantai (Rich Sahid), 8 lantai ( Jogja City mall) 

jumlah kamar 473 room 

Baca Juga: Rayakan Kemerdekaan RI, 7 Mall Yogyakarta Siap Gelar Indonesia Shopping Festival 2023

6 meeting room & Grand ballroom (2500 pax) Fasilitas hotel : 

- Restoran 
-  Wi-Fi capability at public area 

- Coffe lounge 

- Laundry guest service 

- Tv cable 

- Malibu sky lounge 

- Lotus swimming pool 

- Rich sky garden 

- Spa 

- Fitness center 

- Fasilitas Mall 

- Parking area 1500 mobil & 2500 motor 

Fasilitas room' 

-Air conditioning 

-  Hot & cool shower 

Mekanisme : SPH & Bukti Dana/Covernote 

Namun ada juga yang berkomentar jika Jogja hanya butuh 3 mall, MAN hari @harsupp Membalas @jogmfs Sakjane jogja gur butuh 3 mall, mall malioboro, amplaz & pakuwon. Liyane mesakke ges, ketok sepi ngono 

Ketua Dewan Pengurus Daerah Real Estate Indonesia atau DPD REI DIY Ilham Muhammad Nur menuturkan penjualan sebuah properti seperti Mal ataupun Hotel sebenarnya sudah menjadi hal yang lazim ataupun biasa. Seperti beberapa waktu yang lalu, ketika Covid19 melanda, Hartono Mall Yogyakarta berpindah tangan dan kini menjadi Pakuwon Mall. 

"Mall atau hotel dijual itu biasa. bahkan kala itu (Hartono Mall) harganya murah. Nah ini (JCM) karena kenapa menjadi heboh saya nggak tahu penyebabnya karena apa," kata dia. 

Ilham mengatakan terkait harga tentu banyak yang menjadi pertimbangan. Dulu Pakuwon atau Hartana Mall itu dijual jauh di bawah appraisal karena saat itu memang karena covid 19 masih melanda. Dan jika sekarang JCM ditawarkan Rp 3 triliun, menurutnya itu tergantung manfaat. 

Salah satunya adalah manfaat bisnis di mana orang tentu akan membelinya dan bersedia membayar Rp 3 triliun jika dilihat dari sisi bisnis, mall yang dijalankan tersebut dinilai prospektif di masa yang akan datang. Dan orang yang membeli tentu akan mempertimbangkan potensi prospek bisnis ke depan. 

"Kenapa tidak dan tentu orang bisnis akan melihat prospek itu bisa dibeli. Tetapi ketika potensinya di bawah 3 triliun Ya tentu harga segitu cukup mahal. dalam bisnis itu ada yang namanya Due Deligence," kata dia. 

Menurutnya penjualan gedung-gedung megah seperti mall ataupun hotel tidak selamanya karena bisnisnya tengah sepi. Namun melihat fenomena itu ada sisi politik di mana sebenarnya properti tidak dijual atau tidak ingin pada posisi dijual amat. Mereka hanya semacam melakukan test on the water atau cek ombak saja. 

Menurutnya, bisa jadi pemilik ingin mendapatkan properti lain yang lebih baik ataupun sekedar menguji harga layak untuk aset yang dimilikinya. Sehingga sebuah properti dijual itu tidak mencerminkan jika dia sedang tidak baik-baik saja. 

"kita tidak tahu juga yang terjadi yang sebenarnya," kata dia.

Dia mencontohkan di mana ada salah satu anggota REI yang memiliki hotel dikabarkan diiklankan untuk dijual. Namun setelah dirinya mengkroscek informasi tersebut kepada pemilik hotel, justru pemilik hotel membantah dan tidak akan menjual hotelnya karena hasilnya cukup bagus. 

Ilham mengatakan apa yang nampak itu hanyalah permainan pasar dan tidak mencerminkan kondisi realnya. Di mana ketika properti itu dijual menunjukkan kondisi bisnisnya dalam keadaan menurun. Walau memang ada yang menjual properti karena kondisi bisnisnya menurun. 

Kontributor : Julianto

Load More