Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 22 Mei 2025 | 17:50 WIB
Sesi diskusi publik bertajuk Gempuran Tarif AS: Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk? Dialog Krisis Mencari Solusi yang diselenggarakan oleh Suara.com dan Core Indonesia, di El Hotel Bandung, Selasa, 20 Mei 2025. [Dok.Suara.com]

Ketua APINDO Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik, mengungkapkan bahwa pelaku usaha menghadapi tantangan berlapis.

Mulai dari ketidakpastian hukum dan iklim usaha, banjirnya produk impor (baik legal maupun ilegal), hingga regulasi yang tumpang tindih dan tidak sinkron.

Ia juga menyoroti proses perizinan yang kerap kali tidak transparan serta masalah tenaga kerja yang dipolitisasi.

Tak hanya itu, maraknya pungutan liar dan premanisme di sektor logistik turut menambah beban biaya operasional, sehingga membuat pelaku usaha lokal kehilangan daya saing.

Baca Juga: Gojek Inisiasi School Creative Hub: Gandeng 40 Ribu Pelajar untuk Majukan Pariwisata Lokal

Namun di tengah tantangan tersebut, masih terdapat peluang yang bisa dimanfaatkan.

Prof. Rina menekankan pentingnya memanfaatkan pergeseran rantai pasok global, salah satunya melalui rencana relokasi pabrik otomotif ke Jawa Barat.

Dengan basis manufaktur yang kuat dan beragam meliputi sektor otomotif, elektronik, tekstil, plastik, hingga farmasi Jawa Barat memiliki potensi besar untuk menjadi pusat inovasi industri, terutama jika didukung oleh universitas dan pusat riset.

Strategi penguatan industri nasional yang diusulkan antara lain adalah pengendalian impor dan peningkatan komponen lokal.

Mohammad Faisal menegaskan bahwa pengendalian impor bukan bertujuan proteksionis, melainkan untuk menjaga kedaulatan pasar domestik dan memastikan standar kualitas produk impor.

Baca Juga: Kreativitas Binaan Bersinar di IPPA Fest 2025, BRI Hadirkan Dukungan Nyata

Penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) juga menjadi strategi penting dalam memperkuat industri nasional.

Penerapan skema ini terbukti berhasil di sektor elektronik, di mana produksi handphone, komputer, dan tablet meningkat tajam dari 0,1 juta unit (2013) menjadi 88,8 juta unit (2019), sementara impor turun drastis.

Faisal menekankan bahwa keberlanjutan skema TKDN sangat penting untuk mendorong investasi, memperkuat daya saing industri dalam negeri, dan membangun fondasi ekonomi nasional yang tangguh.

"Di tengah ketidakpastian ekonomi global, memperkuat ekonomi domestik bukan lagi pilihan, tapi sebuah keharusan," tegas Faisal.

Load More