- Kereta Pusaka Keraton Jogja kembali ditunjukkan ke khalayak publik
- kereta pusaka ini digelar dalam rangka memperingati Tingalan Dalem Taun Sri Sultan Hamengku Bawono X
- Penjelasan dari Renggowaditro, dua kereta itu memiliki sejarah panjang dan fungsi yang berbeda
SuaraJogja.id - Dua kereta kuda pusaka milik Keraton Yogyakarta, Landower Surabaya dan Premili , kembali "miyos" atau keluar dari kediaman Keraton setelah lebih dari satu dekade atau 13 tahun tersimpan di kandangnya.
Kemunculan dua kereta kagungan dalem ini pun menjadi perhatian ribuan warga karena diarak dalam Kirab dan Beksan Trunajaya yang digelar pada Rabu (22/10/2025) sore.
Arak-arakan dua kereta pusaka ini digelar dalam rangka memperingati upacara Tingalan Dalem Taun Sri Sultan Hamengku Bawono X atau hari kelahiran beliau menurut penanggalan Jawa.
"Terakhir kali kereta kuda Keraton miyos itu sekitar 12–13 tahun yang lalu. Jadi ini pertama kalinya kami keluarkan kembali," ungkap MB Renggowaditro, Abdi Dalem bagian Tridomartani bidang Musikan lan Turisme, yang bertindak sebagai PIC acara keseluruhan, ditemui Rabu.
Menurut Renggowaditro, dua kereta itu memiliki sejarah panjang dan fungsi yang berbeda.
Landower Surabaya menjadi tunggangan tokoh Bupati Tumenggung, sosok komando dalam skema beksan.
Sedangkan kereta Premili dinaiki para pemucal beksan atau pelatih tari dari Keraton.
"Landower di depan, lalu di bagian akhir ada kereta Promili yang membawa para pengajar beksan," jelasnya.
Kereta Promili dahulu digunakan untuk mengangkut para penari dalam berbagai upacara Keraton pada abad ke-19.
Baca Juga: Kaget! Sri Sultan HB X Tiba-Tiba Nyanyi di Depan Paskibraka, Ini Alasannya...
Usianya sudah sekitar 1800-an dan digunakan dalam masa kepemimpinan Sri Sultan HB VIII.
"Yang membuatnya spesial, Premili dulu dipakai untuk membawa penari putra dan putri dalam acara-acara resmi," jelasnya.
Acara Kirab dan Beksan Trunajaya diselenggarakan oleh Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nitya Budaya Keraton Yogyakarta ini, lanjutnya melibatkan lebih dari 400 Abdi Dalem, prajurit, dan seniman tradisi.
Rangkaian acara terdiri dari tiga bagian utama seperti kirab budaya, upacara sugengan sebagai bentuk syukur, dan pementasan Beksan Trunajaya di Pagelaran Keraton.
Beksan klasik ini mengandung simbol heroisme dan kesetiaan. Selain itu menggambarkan perjuangan tokoh Trunajaya dengan gaya tari perang yang penuh energi namun tetap halus sesuai pakem Keraton.
"Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, kali ini lebih besar skalanya. Tahun lalu belum ada kereta kuda. Sekarang, selain dua kereta itu, jumlah parogo juga meningkat, sekitar 72 orang, belum termasuk tokoh seperti Bupati Tumenggung dan lainnya. Totalnya kira-kira 80 orang dari tim beksan saja," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- Baru 2 Bulan Nikah, Clara Shinta Menyerah Pertahankan Rumah Tangga
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Nermin Haljeta Menggila, PSIM Hancurkan Dewa United di Kandang Sendiri
-
Pemilik Resto Diperiksa, Fakta Baru di Balik Tewasnya Bocah Tertimpa Kentongan di Kulon Progo
-
Setelah 13 Tahun 'Mangkrak': 2 Kereta Kuda Keraton Yogyakarta Kembali 'Miyos'
-
Parkir Belum Siap, Atap masih Bocor, DPRD Sleman Minta Jadwal Boyongan Pedagang Mundur
-
Polisi Usut Insiden Kentongan Maut yang Tewaskan Bocah di Kulon Progo: Siapa yang Bertanggung Jawab?