Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 22 Oktober 2025 | 18:05 WIB
Kereta pusaka berusia ratusan tahun diarak di Malioboro, Rabu (22/10/2025). [Kontributor/Putu]
Baca 10 detik
  • Kereta Pusaka Keraton Jogja kembali ditunjukkan ke khalayak publik
  • kereta pusaka ini digelar dalam rangka memperingati Tingalan Dalem Taun Sri Sultan Hamengku Bawono X
  • Penjelasan dari Renggowaditro, dua kereta itu memiliki sejarah panjang dan fungsi yang berbeda

SuaraJogja.id - Dua kereta kuda pusaka milik Keraton Yogyakarta, Landower Surabaya dan Premili , kembali "miyos" atau keluar dari kediaman Keraton setelah lebih dari satu dekade atau 13 tahun tersimpan di kandangnya.

Kemunculan dua kereta kagungan dalem ini pun menjadi perhatian ribuan warga karena diarak dalam Kirab dan Beksan Trunajaya yang digelar pada Rabu (22/10/2025) sore.

Arak-arakan dua kereta pusaka ini digelar dalam rangka memperingati upacara Tingalan Dalem Taun Sri Sultan Hamengku Bawono X atau hari kelahiran beliau menurut penanggalan Jawa.

"Terakhir kali kereta kuda Keraton miyos itu sekitar 12–13 tahun yang lalu. Jadi ini pertama kalinya kami keluarkan kembali," ungkap MB Renggowaditro, Abdi Dalem bagian Tridomartani bidang Musikan lan Turisme, yang bertindak sebagai PIC acara keseluruhan, ditemui Rabu.

Menurut Renggowaditro, dua kereta itu memiliki sejarah panjang dan fungsi yang berbeda.

Landower Surabaya menjadi tunggangan tokoh Bupati Tumenggung, sosok komando dalam skema beksan.

Sedangkan kereta Premili dinaiki para pemucal beksan atau pelatih tari dari Keraton.

"Landower di depan, lalu di bagian akhir ada kereta Promili yang membawa para pengajar beksan," jelasnya.

Kereta Promili dahulu digunakan untuk mengangkut para penari dalam berbagai upacara Keraton pada abad ke-19.

Baca Juga: Kaget! Sri Sultan HB X Tiba-Tiba Nyanyi di Depan Paskibraka, Ini Alasannya...

Usianya sudah sekitar 1800-an dan digunakan dalam masa kepemimpinan Sri Sultan HB VIII.

"Yang membuatnya spesial, Premili dulu dipakai untuk membawa penari putra dan putri dalam acara-acara resmi," jelasnya.

Acara Kirab dan Beksan Trunajaya diselenggarakan oleh Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nitya Budaya Keraton Yogyakarta ini, lanjutnya melibatkan lebih dari 400 Abdi Dalem, prajurit, dan seniman tradisi.

Rangkaian acara terdiri dari tiga bagian utama seperti kirab budaya, upacara sugengan sebagai bentuk syukur, dan pementasan Beksan Trunajaya di Pagelaran Keraton.

Beksan klasik ini mengandung simbol heroisme dan kesetiaan. Selain itu menggambarkan perjuangan tokoh Trunajaya dengan gaya tari perang yang penuh energi namun tetap halus sesuai pakem Keraton.

"Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, kali ini lebih besar skalanya. Tahun lalu belum ada kereta kuda. Sekarang, selain dua kereta itu, jumlah parogo juga meningkat, sekitar 72 orang, belum termasuk tokoh seperti Bupati Tumenggung dan lainnya. Totalnya kira-kira 80 orang dari tim beksan saja," jelasnya.

Load More