- Pemerintah Prabowo Gibran belum menunjukkan kedaulatan energi yang dijanjikan
- Pengamat bahkan menganggap satu tahun mereka menjawab tidak ada hal yang bertumbuh
- Pemerintah dianggap dilema di antara dua kebijakan yang mereka buat sendiri
Sementara itu, Guru Besar Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (MKP) Fisipol UGM, Wahyudi Kumorotomo, menyoroti ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) yang terus meningkat.
Menurutnya hal itu sudah menjadi beban serius bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Setiap hari kita mengonsumsi pertalite, pertamax, untuk mengusi kendaraan. Jika dilihat proporsi impor semakin besar dan itu betul-betul menguras APBN," tutur Wahyudi.
Wahyudi menegaskan, setiap kebijakan energi harus disusun secara menyeluruh. Tidak bisa hanya dari sisi penyediaan tetapi perlu melihat dari segi ekonomi dan penerimaan masyarakat.
"Setiap kebijakan itu harus dipastikan telah dirumuskan dengan cara yang komprehensif, melihat dari semua segi, bukan hanya segi penyediaan tapi dari segi ekonomi, apakah ini bisa diterima masyarakat," terangnya.
Belum lagi menyoal ketergantungan Indonesia terhadap sumber daya alam tanpa diimbangi penguasaan teknologi.
Dia bilang, ambisi Presiden Prabowo mencapai kedaulatan energi akan sulit terwujud jika pemerintah tidak segera mengembangkan teknologi sendiri.
"Memang kita harus menguasai teknologi untuk bisa betul-betul berdaulat secara energi. Teknologi terkini sebagian besar masih dimiliki negara-negara maju," ujarnya.
Dari sisi lain, Ekonom dan Dosen STIE YKPN sekaligus Wakil Ketua II ISEI Yogyakarta, Rudy Badrudin, menilai bahwa pemerintah harus tegas menjalankan visi dan kebijakan energi sebagaimana tertuang dalam berbagai dokumen resmi.
Baca Juga: Generasi Muda Sulit Dapat Pekerjaan Layak, Ekonom UGM: Sistem Belum Berpihak pada Kemampuan Mereka
Dia menekankan pentingnya konsistensi antara rencana dan realisasi.
"Yang ditulis dikerjakan, yang dikerjakan ditulis. Dalam hal ini Prabowo harus tegas dalam menjalankan apa yang sudah di-visi misi-kan dalam bentuk undang-undang atau kebijakan," ujar Rudy.
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Libur Akhir Tahun, Bandara YIA Bersiap Hadapi Lonjakan Ratusan Ribu Penumpang
-
5 Juta Wisatawan Diprediksi Masuk Jogja Saat Nataru, Titik Rawan Kecelakaan Perlu Diwaspadai
-
Menjaga Nada dari Pita: Penjual Kaset Terakhir di Beringharjo yang Bisa Kuliahkan Tiga Anaknya
-
Antisipasi Arus Tersendat saat Nataru, Kontraktor Tol Jogja-Solo Lebarkan Akses dan Tambal Jalan
-
The 101 Yogyakarta Tugu Rayakan Festive Season Lewat Lelana Biruma, Angkat Tema Laut dan Lingkungan