- Stunting di Sleman terus dilakukan upaya penekanan
 - Terdapat 4 Kapanewon yang jadi sorotan Pemkab untuk penanggulangannya
 - Anak yang sering sakit atau diare cenderung sulit menyerap gizi dengan baik
 
SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat empat kapanewon di wilayahnya masih menempati posisi teratas kasus stunting di 2025.
Masalah kebersihan air dan pola asuh orang tua disebut menjadi faktor utama.
Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama menuturkan empat kapanewon itu di antaranya Pakem, Minggir, Seyegan, dan Turi.
"Kalau kita mencermati data stunting yang ada di Kabupaten Sleman ini tertinggi atau empat tertinggi. Yang tertinggi pertama adalah di Pakem 6,5 persen prevalensinya, kemudian Minggir 6,2 persen, kemudian Seyegan 6 persen, kemudian Turi 5,9 persen," ungkap Cahya, dikutip Minggu (2/11/2025).
Cahya bilang salah satu penyebab utama di wilayah itu adalah akses air bersih yang belum optimal.
Ia mengungkap, kualitas air di beberapa daerah masih mengandung bakteri E-Coli yang dapat menyebabkan diare pada anak.
"Salah satu masalah di sana adalah air bersih. Nah ini nanti ada intervensi supaya air ini tidak mengandung coli, karena coli ini bagaimanapun juga kalau dikonsumsi oleh keluarga nanti bayinya atau anaknya juga akan sering diare," ungkapnya.
Cahya menjelaskan, anak yang sering sakit atau diare cenderung sulit menyerap gizi dengan baik. Hal itu membuat risiko stunting dapat meningkat.
Selain faktor air, pola asuh dari orang tua yang tidak tepat serta kebiasaan merokok di dalam rumah masih menjadi tantangan besar di masyarakat.
Baca Juga: Rem Mendadak Picu Tabrakan Beruntun di Sleman, 1 Orang Luka
Disampaikan Cahya, membutuhkan intervensi lintas sektor untuk mengatasi persoalan stunting.
Tidak hanya di empat kapanewon tersebut saja tapi menyeluruh.
Pemerintah daerah tengah menyiapkan program kolaboratif bersama CSR dan lintas organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menekan angka stunting di kawasan tersebut.
Di beberapa kapanewon seperti Berbah, Gamping, Cangkringan, dan Mlati angka prevalensi stunting sudah berada di bawah 3,5 persen.
"Kemudian yang sudah rendah di Berbah itu hanya 3,2 persen, Gamping 3,4 persen, Cangkringan 3,6 persen, Mlati 3,3 persen,” ujar Cahya.
Ia menegaskan, pemerintah tidak akan berpuas diri meski angka stunting Sleman kini jauh di bawah rata-rata nasional yang masih di atas 20 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
 - 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 
Pilihan
- 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 - 
            
              5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
 
Terkini
- 
            
              Sehari Dua Kali: Kecelakaan Maut di Rel KA Yogyakarta, KAI Fokus Pendampingan Korban
 - 
            
              Tabrakan Kereta Api vs Mobil dan Motor di Prambanan, 3 Orang Tewas
 - 
            
              Rahasia Saldo DANA Nambah Terus, Ini 3 Link Aktif DANA Kaget untuk Diklaim Sekarang
 - 
            
              Kasus Narkoba Onad: Psikolog UGM Tegaskan Keluarga Kunci Pencegahan, Bukan Hanya Hukum
 - 
            
              Makam Raja Imogiri: Saksi Bisu Pemakaman Megah Raja Solo, 500 Anak Tangga Jadi Ujian Terakhir