DW bercerita, kejadian pencabulan yang dialami putrinya terjadi pada September 2024. Kasus ini ia laporkan ke pihak kepolisian karena menurutnya, tindakan pelaku telah merusak masa depan anaknya.
"Saya melaporkan kasus ini karena saya ingin pelaku mendapatkan hukuman maksimal. Tetapi, keputusan yang ada membuat kami tidak merasa lega sama sekali," lanjutnya.
Kasus ini membawa dampak besar bagi korban. Selain trauma psikis, Mawar kini enggan kembali bersekolah karena merasa tidak nyaman dan terancam dengan kehadiran pelaku. Bahkan, Mawar sempat harus dirawat di rumah sakit akibat kondisi mentalnya yang memburuk.
Kasus ini menjadi sorotan karena menyangkut perlindungan hak anak, baik korban maupun pelaku. Balai Dikmen bersama instansi terkait berupaya menciptakan lingkungan yang aman bagi semua siswa.
Baca Juga:Bupati Gunungkidul: Sebulan Tiga Guru Mengajukan Perceraian
Kontributor : Julianto