Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 21 Maret 2019 | 15:25 WIB
Akademisi Fakultas Teknik Geologi UGM Wahyu Wiloko memaparkan kajian Gerakan Tanah dan Banjir di Kabupaten Bantul, Yogyakarta di Gedung Fakultas Teknik Geologi UGM. [Suara.com/Sri Handayani]

SuaraJogja.id - Akademisi Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyu Wiloko mengingatkan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bahwa masih ada enam titik rawan longsor di sekitar Makam Raja-raja Mataram di Imogiri Kabupaten Bantul.

Lantaran itu, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY diharapkan segera melakukan mitigasi bencana.

"Sebenarnya yang paling berbahaya satu titik yang 10 meter dan yang di belakang," kata Wahyu di Gedung Fakultas Teknik Geologi UGM, Sinduadi, Mlati, Sleman, Kamis (21/3/2019).

Wahyu menjelaskan, retakan tanah terlihat di sisi kiri mahkota utama. Bagian itu masih terlindungi karena adanya pondasi bangunan lama yang kokoh dengan kedalaman mencapai 10 meter.

Baca Juga: Sentil Liverpool, Iker Casillas Minta Jangan Remehkan Porto

Selain itu, ada retakan 10 meter yang memanjang di sekitar bangunan tersebut. Titik rawan lain juga terlihat di bagian belakang dan samping makam.

Tanah di area tersebut masih terus bergerak dan akan berbahaya ketika terjadi hujan deras maupun gempa.

Wahyu menyarankan agar seluruh bagian yang longsor beserta retakan-retakan ditutup terpal.

Langkah tersebut diperlukan untuk mencegah air masuk ke dalam tanah yang retak, menyebabkan aliran di dalam tanah dan memicu longsor susulan.

Ia juga meminta pemerintah mempertimbangkan radius aman permukiman warga dengan jarak dua kali tinggi lereng.

Baca Juga: Diizinkan Suami, Cantiknya Kartika Putri Fashion Show Pakai Busana Syar'i

Dengan tinggi lereng yang longsor mencapai sekitar 100 meter, artinya warga tidak disarankan untuk tinggal di wilayah yang berjarak sekitar 200 meter.

"Kalau mau direlokasi ke tempat yang aman ya bisa dipindahkan ke daerah yang datar. Tapi kalau tetap di daerah pegunungan, harus ada kajian yang lebih detail lagi," ujar dia.

Kontributor : Sri Handayani

Load More