SuaraJogja.id - Pascapemilu, kondisi masyarakat di tingkat bawah diyakini telah berangsur normal. Namun, elit-elit politik dan peserta pemilu justru dinilai banyak mengeluarkan pernyataan dan respons yang memperkeruh suasana.
Para akademisi di Yogyakarta memilih tak tinggal diam. Mereka berkumpul di Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menyerukan agar elit politik dan masyarakat Indonesia lebih mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Penyampaian seruan ini dihadiri oleh puluhan akademisi yang terdiri dari rektor, wakil rektor, dan perwakilan perguruan tinggi di Yogyakarta.
"Atas nama UGM saya mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan semua atas kehadiran di Balairung untuk secara bersama kita menggaungkan seruan dari Bulaksumur ini untuk persatuan dan kesatuan bangsa," kata Rektor UGM Panut Mulyono, Senin (06/05/2019).
Baca Juga: Kunjungi KPU, Fadli Zon : Kecurangan Pemilu harus Ditindak
Panut menyampaikan, Pemilu 2019 telah berjalan dengan aman, tertib, jujur, dan adil pada 17 April. Namun, di tengah proses menunggu hasil penghitungan suara yang akan diumumkan Komite Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei, masih ada gejolak dan diskursus tentang proses pemilu. Oleh karena itu, persatuan dan kesatuan bangsa perlu dikedepankan agar terjadi perdamaian.
Menurut Panut, rakyat Indonesia dengan kesadaran penuh dan keinginan untuk mendukung proses demokrasi telah memberikan suaranya. Mereka berharap suara tersebut dapat dihitungan dengan cermat. Proses penghitungan suara ini mesti dimonitor dengan baik.
"Dan nanti ketika diumumkan kita hormati (hasilnya) secara bersama-sama," kata Panut.
Ada empat seruan yang disampaikan dalam kegiatan tersebut. Pertama, pihak-pihak yang berkontestasi dalam Pemilu diharapkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Kedua, mengedepankan sikap kenegarawanan dalam menerima hasil pemilu sebagai mekanisme tertinggi kedaulatan rakyat.
Baca Juga: Said Didu: Saya Tantang Siapa pun yang Sebut Pemilu Tidak Curang!
Ketiga, menahan diri dari mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memperkeruh suasana dan melahirkan kontroversi di masyarakat.
Berita Terkait
-
KPU Dalami Kasus Kotak Suara Dibakar Saksi Saat Pemungutan Suara di Jambi
-
Sejumlah 110 TPS di Sumut akan Gelar Pemungutan Suara Susulan
-
Polemik KPU Menghadapi Tekanan Menjaga Netralitas dan Kepercayaan Publik
-
Psikolog UGM Bagikan Cara Mengurangi Dampak Negatif Stres
-
Tolak KPU Jadi Lembaga Ad Hoc, Akademisi Ingatkan Soal Penguatan Demokrasi
Terpopuler
- Keponakan Megawati jadi Tersangka Kasus Judol Komdigi, PDIP: Kasus Alwin Jabarti Kiemas Contoh Nyata Politisasi Hukum
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Hukum Tiup Lilin Dalam Islam, Teganya Geni Faruk Langsung Padamkan Lilin Ultah saat Akan Ditiup Ameena
- Kevin Diks: Itu Adalah Ide yang Buruk...
- Sebut Jakarta Bakal Kembali Dipimpin PDIP, Rocky Gerung: Jokowi Dibuat Tak Berdaya
Pilihan
-
Uji Tabrak Gagal Raih Bintang, Standar Keamanan Citroen C3 Aircross Mengkhawatirkan
-
Erick Thohir Sebut Aturan Kredit Pembiayaan Rumah Ribet, Target Prabowo Dibawa-bawa
-
Hore! Harga Tiket Pesawat Domestik Turun 10% Sepanjang Libur Nataru
-
Broto Wijayanto, Inspirator di Balik Inklusivitas Komunitas Bawayang
-
Bye-Bye Jari Bertinta! 5 Tips Cepat Bersihkan Jari Setelah Nyoblos
Terkini
-
Harda-Danang Menang Quick Count Pilkada Sleman 2024, Tim Kawal Rekapitulasi Hingga Penetapan KPU
-
Heroe Poerwadi Kalah di Kandang Sendiri, TPS Kotabaru Pilih Hasto-Wawan
-
Akui Kekalahan di Pilkada Bantul, Paslon Untoro-Wahyudi Datangi Halim-Aris Ucapkan Selamat
-
Hasil Quick Count, Paslon Harda Kiswaya-Danang Maharsa Unggul 62 Persen di Pilkada Sleman
-
Unggul Real Count 44,42 Persen, Hasto Wardoyo-Wawan Klaim Menangi Pilkada Kota Yogyakarta