SuaraJogja.id - Muhammadiyah akan memiliki Pusat Kebudayaan Islam terbesar di Indonesia. Kompleks yang akan dibangun di kawasan Imogiri Timur, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut rencananya bakal menampilkan kekayaan Islam di Indonesia.
Pembangunan pusat kebudayaan yang akan dimulai 2020 mendatang tersebut dinilai sangat penting. Sebab, saat ini muncul kekhawatiran generasi muda yang lupa akan sejarah, termasuk sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
"Karena anak muda kalau diajari sejarah maka mereka seperti kata Bung Karno (presiden pertama RI), mereka lupa sejarah. Padahal, Islam punya peranan besar dalam perjuangan kemerdekaan bahkan pasca kemerdekaan yang bersinegeri dengan golongan lain," ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di sela peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Wirausaha di Kebonagung, Sleman pada Minggu (28/7/2019).
Dengan pembangunan yang ditargetkan selesai 2021 mendatang, pusat kebudayaan Islam tersebut akan jadi contoh proyeksi Indonesia ke depan. Muhammadiyah ingin Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, memiliki masa depan yang lebih baik dalam konteks bangsa yang unggul.
Sebab, bila Indonesia lengah maka akan kalah bersaing dengan negara lain. Pusat kebudayaan Islam itu diharapkan dapat menjadi inspirasi dan warisan Islam.
Dibangun empat lantai yang dilengkapi dengan masjid, Muhammadiyah bekerjasama dengan pemerintah pusat dalam membangun pusat kebudayaan itu. Selain itu Muhammadiyah juga sudah mendapatkan izin dari Raja Yogyakarta, Sri Sultan HB X.
"Pembangunan akan bertahap di satu kompleks besar. InsyaAllah 2021 nanti selesai," ungkapnya.
Di pusat kebudayaan itu, Haedar menambahkan, nantinya akan disimpan sejumlah artefak dan manuskrip Islam. Koleksi itu akan melengkapi Museum Muhammadiyah di Kompleks Kampus UAD.
Masyarakat bisa belajar tentang Islam di pusat kebudayaan tersebut. Apalagi ke depannya, Muhammadiyah juga akan melakukan digitalisasi manuskrip dan artefak.
Baca Juga: Tokoh NU dan Muhammadiyah Respon Positif Pertemuan Megawati-Prabowo
"Pusat kebudayaan ini juga bisa jadi khasanah karena ada modernisasi, ada perpusatakaan digital untuk tahu kebudayaan di masa lalu yang tidak hanya manusrikp lama tapi juga digital," jelasnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
ODGJ di Sleman Kembali ke Masyarakat: Ini Strategi Dinkes yang Diklaim Berhasil
-
Jangan Sampai Terlambat, Prediabetes Mengintai Anak Muda: Kenali Risikonya & Cara Mengatasinya
-
Prabowo Turun Tangan, Indonesia Kirim Kontingen Terbesar ke SEA Games Berkuda, Target Emas
-
Kasus Bunuh Diri Meningkat Tiga Tahun Terakhir di Sleman, Tekanan Ekonomi Jadi Pemicu Utama
-
DANA Kaget Hari Ini, Jangan Sampai Ketinggalan! Ini Link Aktif Saldo Gratis untuk Warga Jogja