Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 06 Agustus 2019 | 18:49 WIB
Ketua Dewan Guru Besar UGM periode 2018-2021, Prof Koentjoro. [Suara.com/Putu Ayu P]

SuaraJogja.id - Ketua Dewan Guru Besar (gubes) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta periode 2018-2021, Prof Koentjoro menyatakan pernyataan kontroversial yang beberapa kali disampaikan Menristekdikti Muhammad Nasir sebagai salah satu bentuk cari perhatian (caper) ke Presiden Joko Widodo (jokowi).

Dia mengemukakan kemungkinan Nasir memiliki kepentingan tersendiri pada periode kedua kepemimpinan Jokowi.

Nasir diketahui dua kali menyampaikan pernyataan yang mengundang pro-kontra. Dalam kesempatan yang berbeda, Nasir menyebut Indonesia akan mengimpor rektor asing dan profesor tua tidak banyak memberi manfaat bagi Indonesia.

"Ini analisa saya ya, ya kira-kira biar (menristekdikti) diperhatikan oleh presiden. Salah satu cara untuk menarik perhatian agar sangat dikenal," kata Koentjoro ketika dihubungi pada Selasa (6/8/2019).

Baca Juga: Menristekdikti Diminta Evaluasi Rencana Datangkan Rektor Asing

Menurut Guru Besar Fakultas Psikologi UGM itu, bisa jadi Nasir mengincar jabatan-jabatan publik. Sebab keterkenalan akan mempengaruhi hal itu. Pernyataan menristekdikti tersebut mungkin hanya kontroversial bagi sebagian pihak. Namun bagi pihak lain bisa saja dinilai sebagai salah satu ide yang bagus.

"Kontroversi ini kan masih mengambang, ya jelek tapi tidak terlalu," paparnya.

Meski tak sepakat dengan menristekdikti, Koentjoro berharap pernyataan Nasir tidak perlu ditanggapi dengan emosional laiknya Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof Yudian Wahyudi. Semua pihak diharapkan arif dalam menyikapinya meski paham kemarahan Yudian.

"Menristekdikti pun diharapkan tidak menghina profesor-profesor sepuh (tua) dengan pernyataannya," ujarnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Baca Juga: Soal Impor Rektor Asing, Puan: Kenapa Tak Dicoba Pemikiran yang Lebih Maju

Load More