Scroll untuk membaca artikel
Dany Garjito | Arendya Nariswari
Senin, 07 Oktober 2019 | 18:00 WIB
Sejumlah warga berebut gunungan saat prosesi adat Grebeg Syawal 1439 H di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Jumat (15/6).

Lewat jalur damai, VOC mencoba meredam perlawanan dari Pangeran Mangkubumi.

Hingga pada akhirnya, VOC mendapat restu dari Sunan Pakubuwono III dan menawarkan Perjanjian Giyanti.

Kemudian, Pangeran Mangkubumi lantas mendapat gelar sebagai Sultan Hamengku Buwono (HB) I dan telah diakui menjadi raja Ngayogyakarta. 

13 Maret 1755 - Raja Yogyakarta pertama memproklamirkan berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Juga: Hari Jadi Yogyakarta, Tagar #HUT263Jogja Puncaki Trending Topic Twitter

Tepat pada 13 Maret 1755, Sultan Hamengkubuwono I memproklamirkan berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sejumlah abdi dalem Keraton Yogyakarta mengikuti prosesi adat Grebeg Syawal 1439 H di Keraton Yogyakarta, Jumat (15/6).

9 Oktober 1755 - Babat Alas

Setelah memproklamirkan berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat, kala itu Sultan belum memiliki istana yang tetap. Pembangunan keraton sendiri dimulai pada 9 Oktober 1755.

Sembari dilakukannya babat alas hutan Pabringan, Sultan Hamengkubuwono I menempati Pesanggrahan Ambar Ketawang sambil memantau pembangunan keraton.

7 Oktober 1756 - Pembangunan Keraton Ngayogyakarta rampung

Baca Juga: Jadwal Acara Perayaan HUT Yogyakarta ke-263, Catat Ya!

Keraton selesai dibangun pada tanggal 7 Oktober 1756. Kala itu, dengan segera Sultan Hamengku Buwono I dan keluarganya kemudian berpindah ke keraton.

Load More