Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 12 November 2019 | 00:00 WIB
Salah seorang PKL Gondomanan, Sugiyadi yang akan kehilangan sumber nafkahnya. [Suara.com/M Ilham Baktora]

SuaraJogja.id - Lima pedagang kaki lima (PKL) di simpang tiga Gondomanan harus menempuh jarak cukup jauh untuk berdagang di Jalan Brigjen Katamso. Mereka harus berjalan 1,5 Kilometer dengan mendorong gerobak.

Salah seorang pedagang bakmi, Sugiyadi mengaku harus melewati banyak APILL dari Pakualaman-Gondomanan.

"Saya biasa harus mendorong gerobak sendiri. Kadang bersama istri, jaraknya juga sangat jauh, sekitar 1,5 Kilometer dari rumah saya (Pakualaman)," kata Sugiyadi pada SuaraJogja.id, Senin (11/11/2019).

Sugiyadi menerangkan dirinya harus ekstra hati-hati saat membawa gerobak dari rumah hingga ke lokasi berjualan. Bahkan harus berpapasan dengan mobil di beberapa lokasi di jalan Sultan Agung.

Baca Juga: Sebelum Digusur, PKL Gondomanan Buat Mural Sultan HB IX Sebagai Perlawanan

"Ya selama ini harus hati-hati, jadi saya harus bertaruh nyawa juga. Ini harus saya lakukan karena sumber pendapatan sehari-hari saya di lokasi tersebut," jelas dia.

Disinggung soal pendapatan kesehariannya, pria 53 tahun itu menerangkan bisa meraup Rp 100-200 ribu. Namun setelah Pengadilan Negeri (PN) memutuskan akan menggusur lokasi tersebut pada 12 November 2019, pendapatannya tak menentu.

"Dulu sangat mudah mencari nafkah di sana. Tapi saat ini kami lebih sering tak jualan, karena rencana penggusuran ini," keluhnya.

Dengan demikian, kata Sugiyadi, ia hanya bertahan dengan sisa pendapatan yang disimpan dari jualan sebelumnya.

"Ya mau gimana lagi, jika harus berjualan rasanya tak tenang karena banyak pikiran itu. Tapi kami harus melawan karena terdapat ketidakadilan di sini," terangnya.

Baca Juga: Dikabarkan Bakal Digusur, PKL Gondomanan Gelar Tapa Pepe di Alun-alun Utara

Untuk diketahui, lima PKL tersebut menggunakan satu lokasi yang sama untuk berjualan. Sehingga harus berganti-ganti antara waktu pagi dan sore.

"Jadi luas tempat kami ini hanya 28 meter. Itupun harus dibagi lima orang. Tiga pedagang berjualan dari pagi sampai sore, serta dua pedagang lainnya berjualan waktu sore hingga malam hari" kata dia.

Untuk diketahui, lima pedagang tersebut bernama Sugiyadi yang sehari-hari bekerja sebagai penjual bakmi, Budi pedagang kunci, Suwarni penjual minuman di malam hari, Sutinah penjual minuman siang hari, dan Agung PKL tukang duplikat kunci.

Sebelumnya, lima pedagang PKL Gondomanan melakukan tapa pepe atau berjemur di Alun-alun Utara, Senin (11/11/2019). Hal itu dilakukan sebagai upaya pedagang meminta kebijaksanaan kraton karena tempat mata pencahariannya bakal digusur oleh Pengadilan Negeri (PN), Selasa (12/11/2019).

Load More