Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 10 Januari 2020 | 16:47 WIB
Uskup Agung Semarang, Robertus Rubiyatmoko (paling kanan) berbicara dalam Konferensi Sekolah Katolik Indonesia 2020 di Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Jumat (10/1/2020). - (SUARA kontributor/Putu)

SuaraJogja.id - Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko berkomentar terkait maraknya kasus intoleransi yang muncul dari level institusi pendidikan. Menurutnya, kasus yang terus berulang tersebut perlu ditangani dengan serius.

Sebab, dunia pendidikan berperan besar dalam membentuk pribadi manusia yang sungguh-sungguh mempunyai sikap toleran dan keterbukaan atas perbedaan yang dimiliki Indonesia.

“Sekolah mana pun perlu bersungguh-sungguh memberikan pendidikan kepribadian," ujar Rubiyatmoko di sela Konferensi Sekolah Katolik Indonesia 2020 di Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Jumat (10/1/2020).

Menurut Rubiyatmoko, peserta didik perlu diajari memperjuangkan nilai-nilai kehidupan, termasuk nilai kebangsaan. Dengan demikian, sekolah mampu menghasilkan anak-anak yang punya jiwa inklusif dan berani merengkuh, merangkul, dan bergaul dengan siapa pun tanpa sekat.

Baca Juga: Prabowo Datang ke Rakernas PDIP, Disambut Megawati: Saya Senang

Apalagi dunia pendidikan, terutama pendidikan dasar, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai SMP, punya peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku manusia.

"Karenanya perlu gerakan bersama untuk mendampingi anak-anak agar memiliki jiwa nasionalis, keterbukaan, dan kebersamaan," tandasnya.

Sementara, Staf Khusus Kemendikbud Iwan Syahril mengungkapkan, regulasi tidak cukup untuk mengatasi sikap dan tindakan intoleransi yang terjadi di Indonesia. Generasi muda perlu diajarkan pendidikan karakter berdasarkan Pancasila dan nilai-nilai luhur yang saat ini banyak dilupakan.

Keluarga, sekolah, dan lingkungan, kata Iwan, harus bertindak bersama dan saling mengingatkan agar anak-anaknya memiliki sikap toleransi.

"Ekosistem ini yang harus bersama-sama memberi ruang melalui elaborasi dan kolaborasi yang kita fasilitasi. Tanpa komunikasi dan integrasi ekosistem ini maka toleransi hanya jadi bagian pembelajaran bukan nilai-nilai," imbuhnya.

Baca Juga: Di Riau, Istri, Kakak, Adik hingga Menantu Gubernur Dilantik jadi Pejabat

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More