Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 11 Januari 2020 | 13:26 WIB
Hewan ternak sapi di kawasan Gunungkidul yang diduga tewas akibat terkena virus antraks. (Suara.com/Julianto).

SuaraJogja.id - Dua belas warga Gunungkidul, 11 berasal dari Desa Gombang, Kecamatan Ponjong dan satu orang dari Kecamatan Semanu, dirawat di RSUD Wonosari. Kedua belasnya dirawat secara intensif karena diduga terpapar penyakit antraks akibat mengonsumsi daging dari ternak yang meninggal mendadak.

Kepala Desa Gombang Supriyanto membenarkan bahwa belasan warganya memang dirawat di RSUD Wonosari diduga karena terpapar antraks. Bahkan satu di antaranya telah meninggal dunia meskipun belum dapat dipastikan penyebabnya apakah positif karena terpapar antraks atau bukan. Sampai saat ini hasil uji laboratoriumnya belum juga keluar.

Warga yang meninggal tersebut adalah pemilik sapi yang mati mendadak tanpa diketahui penyebabnya. Warga yang meninggal tersebut diinformasikan mengonsumsi daging sapi yang mati mendadak, sehingga muncul dugaan bahwa yang bersangkutan terpapar bakteri yang menyebabkan antraks dari sapi yang mati mendadak tersebut.

"Sapi yang mati tersebut langsung di-brandu," tutur Supriyanto.

Baca Juga: Dikira Musuh, Iran Akui Tak Sengaja Tembak Jatuh Pesawat Ukraina

Supriyanto menjelaskan, Brandu adalah tradisi yang sudah ada di Gunungkidul, di mana warga pemilik ternak yang menyembelih hewan ternaknya kemudian menjual dagingnya ke para tetangga kiri-kanan di bawah harga pasaran. Namun, ada juga yang dibagi-bagikan secara cuma-cuma kepada tetangga.

Kebetulan, sapi yang mati mendadak tersebut juga dibrandu oleh pemiliknya yang sudah meninggal tersebut dan dagingnya juga dibagi-bagikan kepada warga yang lain. Diduga warga yang dirawat tersebut juga karena mengonsumsi daging yang sama. Semua itu berdasarkan penelusuran yang ia lakukan.

Bahkan, seorang perempuan yang juga warga setempat masuk rumah sakit usai makan daging sapi yang mati mendadak. Usai memakan daging sapi itu, ia menderita penyakit gatal-gatal di kulitnya. Kulit korban melepuh dan seolah terbakar mirip penyakit "dompo" atau herpes.

"Kondisinya juga terus menurun. Urat syarafnya tak berfungsi dan hanya tergolek lemas di ranjang. Sekarang dia sudah di rumah, bahkan karena kritis tersebut keluarganya menggelar yasinan," ungkapnya.

Supriyanto menuturkan, awal mula dugaan antraks masuk ke desanya muncul ketika salah seorang warga Desa Gombang yang berprofesi sebagai blantik (pedagang hewan) membeli kambing di Pasar Kliwon pertengahan Desember 2019 lalu. Setelah sempat dipelihara sehari, kambing tersebut mati secara mendadak.

Baca Juga: Begini Cara Mengembalikan Foto yang Terhapus di Android

Oleh pemiliknya, kambing tersebut langsung dibrandu dan dikonsumsi bersama-sama dengan warga yang lain. Selang dua hari kemudian, sapi milik warga yang meninggal itu juga mati mendadak, dan sapi tersebut juga dibrandu untuk dikonsumsi bersama-sama.

Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Perawatan dr Triyani Heni Astutik mengungkapkan, belasan warga Gombang dirawat di RSUD Wonosari. Perihal satu orang yang diperbolehkan pulang, Heni bertutur lain. Keluarga pasien tersebut pulang atas permintaan sendiri (APS) karena enggan dirujuk ke Rumah Sakit dr Sardjito.

Menurut Heni, karena kondisi pasien tersebut terus menurun, pihak RSUD Wonosari memutuskan untuk merujuknya ke RS dr Sardjito agar mendapatkan perawatan lebih. Namun pihak keluarga warga tersebut tidak berkenan untuk dirujuk dengan alasan jauh. Bahkan pihak keluarga meminta agar warga tersebut dirawat sendiri di rumah.

"Pasien masuk tanggal 3 Januari dan tanggal 6 januari kita putuskan untuk dirujuk ke Sardjito, tetapi urung dilakukan karena keluarga menolak. Tanggal 7 Januari 2020 kemarin, pasien pulang atas permintaan sendiri (APS)," terangnya.

Kontributor : Julianto

Load More