Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 16 Januari 2020 | 13:05 WIB
Ilustrasi ternak sapi (Antara/Aloysius Jarot Nugroho).

SuaraJogja.id - Keresahan menghinggapi para peternak sapi di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman karena dugaan munculnya virus Theileria yang menyerang hewan ternak hingga mengakibatkan beberapa sapi mati.

"Di kandang kelompok ini sudah ada yang mati satu pada 13 Oktober 2019. Belum lama ini kami juga mendapat informasi dari petugas Puskeswan ada yang mati juga di peternakan lain," kata Pengurus Kelompok Ternak Mergo Andini Makmur, Desa Margokaton, Seyegan Mulyono di Sleman, Kamis (16/1/2020).

Mulyono mengatakan, ada juga beberapa sapi di peternakan lain di Seyegan yang dilaporkan mati beberapa bulan lalu.

"Di kandang kelompok ini memang baru satu sapi yang mati. Namun, virus Theileria ini membuat kami resah, karena membahayakan ternak sapi lainnya, sebab sifatnya yang mudah menular," ujar Mulyono.

Baca Juga: Minta DPR Tuntaskan Omnibus Law 100 Hari Kerja, Jokowi Bakal Beri 2 Jempol

Menurut keterangannya, hasil laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates, Kulon Progo menyebutkan, dari 56 dari 62 sapi yang ada sudah terjangkit virus yang sama.

"Ini artinya di sini hampir 90 persen sapi sudah terjangkit. Dari total 62 sapi, ada 56 sapi yang sudah terjangkit virus Thailera," ungkap dia.

Ia menjelaskan, sapi yang terinveksi virus Thailera bisa berdampak pada penurunan berat badan, reproduksi, dan produksi susu.

"Bahkan kalau sudah akut bisa terjadi kencing darah dan mati, kalau sapi sedang bunting bisa keguguran juga," terangnya.

Mulyono berujar, virus Thailera yang menjangkit ternak sapi bisa jadi juga berasal dari peternak yang salah memberi makanan. Kondisi padi yang rusak, kata dia, serta adanya kotoran tikus di sawah, terkadang menjadi hal yang kurang diperhatikan oleh para peternak.

Baca Juga: Bingung Kebanyakan Duit, Nikita Mirzani Jadi Produser

"Seperti saat ini kondisi padi banyak yang rusak, banyak yang tidak sadar lalu diberikan untuk makan sapi seperti biasa. Selain itu dari kotoran tikus yang ada di sawah juga," tuturnya.

Mulyono mengungkapkan, yang paling membuat cemas para peternak adalah, Puskeswan maupun Dinas Peternakan tidak mempunyai vaksin atau obat untuk penyakit Theleria.

"Ini membuat para pemilik sapi harus iuran sebesar Rp90 ribu untuk satu botol obat yang akan dibeli secara online yang harganya sekitar Rp5,3 juta," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Heru Saptono, dilaporkan Antara, tidak membantah adanya temuan virus yang diduga Theleria di Seyegan.

"Kami baru melakukan tahapan uji lab dan belum mendapatkan laporan adanya ternak sapi yang mati. Baru suspect dan baru kami ujikan di BBVET Wates. Matinya belum tahu, tetapi memang ada sapi yang terindikasi," kata Heru.

Dugaan virus Theleria ini merupakan kasus yang kali pertama terjadi di Sleman, menurut Heru, sehingga belum ada ploting anggaran pembelian obat untuk jenis virus tersebut.

"Virus Theleria baru pertama kali di Sleman. Jadi belum ada anggaran untuk obat tersebut. Kami masih menunggu uji labnya, kalau positif Theleria, kami akan membicarakan anggaran," papar Heru.

Load More