SuaraJogja.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperingatkan Provinsi Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Tengah (Jateng) soal potensi penyebaran bakteri antraks dari wilayah Gunungkidul, DIY. Sebab, hewan-hewan ternak yang ada di wilayah yang terpapar bakteri antraks sudah dijual bebas ke pasaran, salah satunya ke Jateng.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono menuturkan, upaya mengendalikan penyebaran bakteri antraks memang sudah tidak bisa lagi dilakukan dalam skema lokal, melainkan regional. Oleh karena itu, pihaknya memperingatkan dua provinsi yang berdekatan dengan Gunungkidul untuk waspada.
Menurut Anung, yang perlu diperhatikan adalah memastikan semua media penyebaran bakteri, termasuk transportasi atau penjualan hewan dari satu daerah ke daerah lain yang tidak dikelola kesehatannya serta rumah pemotongan hewan. Gunungkidul sendiri sampai saat ini belum memiliki rumah pemotongan hewan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas daging yang beredar di pasaran.
Selain itu, lingkungan juga penting untuk diperhatikan karena spora antraks bisa bertahan hingga delapan tahun lamanya. Lingkungan yang paling berpotensi tercemar bakteri antraks adalah yang berkaitan dengan ekosistem hewan, mulai dari pasar, rumput-rumput yang menjadi makanan hewan, dan pupuk kandang.
"Yang seringkali dilupakan adalah pupuk kandang. Kalau kita datangkan dari daerah-daerah lain yang terpapar antraks, maka akan berpotensi terpapar," ujar Anung.
Oleh karena itu, saat ini Kemenkes tidak hanya fokus di Gunungkidul, melainkan juga mengingatkan Jateng dan Jatim, yang dalam beberapa tahun terakhir pernah melaporkan adanya kasus antraks, untuk waspada
Ia menandaskan, hewan yang ada di Gunungkidul bisa dijual ke mana-mana dan sebaliknya, rumput yang ada di daerah lain juga bisa dibawa ke Gunungkidul dan tak menutup kemungkinan membawa spora antraks.
"Kalau kita mendapatkan hewan yang mati, itu sudah dipastikan karena antraks. Ya ingat ya omongan saya, sudah dipastikan, akan tetapi pengolahannya tidak benar, maka sporanya itu ada di mana-mana," ujarnya.
Spora itu, kata Anung, tidak hanya di kaki hewan saja. Ketika warga memotongnya dan langsung membuangnya di mana pun, dipastikan spora itu juga akan ditemukan di mana-mana.
Baca Juga: Berubah Pikiran, Shin Tae-yong Bawa 28 Pemain ke Thailand
"Kalau ada kejadian semacam ini, kita juga perlu tahu yang ada di dapur itu seperti apa. Kita perlu tahu yang ada di tempat sampah seperti apa. Karena itu ada potensi untuk membawa darah dari hewan terpapar antraks," ungkapnya.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik