SuaraJogja.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) antraks atau penyakit sapi gila di Kabupaten Gunungkidul pasca-meninggalnya sejumlah ternak dan 27 warga dinyatakan positif antraks beberapa pekan terakhir. Karenanya, penanganan kasus yang terus berulang tersebut harus ditangani secara komprehensif.
Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus di kampus setempat, Sabtu (18/1/2020), mengungkapkan, penanganan kasus antraks di Gunungkidul harus dilakukan secara komprehensif. Sebab, antraks bisa menyebar luas bila tidak ditangani bersama-sama.
“Perlu ada strategi pemberantasan dan pengendalian penyakit antraks khususnya zoonotik lainnya secara komprehensif dan berkesinambungan di seluruh DIY,” ungkapnya.
Selain pemusnahan ternak yang positif antraks, pengawasan lalu lintas ternak, pakan, dan pupuk kandang harus diperketat, terutama ternak dan pakan yang berasal dari daerah kasus dan berisiko antraks.
Baca Juga: Hingga Sabtu Siang, Sejumlah Wilayah di Jakarta Masih Tergenang Air
Penjualan hewan sakit pun harus segera dihentikan, termasuk menyembelih hewan sakit atau mati mendadak.
“Penularan penyakit antraks bisa terjadi karena kontak langsung dengan hewan yang sakit atau daging hewan yang terkontaminasi. Selain itu juga dari mengonsumsi daging hewan yang terkontaminasi spora antraks,” jelasnya.
Pembatasan mobilisasi orang dan ternak di Gunungkidul pun diharapkan bisa mengurangi risiko penularan. Yang tak kalah penting, ada langkah-langkah strategis lainnya terkait biosecurity.
“Yang paling sederhana, bagaimana orang yang keluar dan masuk kandang itu diberi disinfektan,” jelasnya.
Sementara, pengajar Fakultas Peternakan UGM, Riris Andono Ahmad, mengungkapkan, penularan penyakit antraks terhadap manusia sendiri dapat termanifestasi ke dalam tiga macam, yakni antraks kulit akibat kontak langsung dengan binatang yang sakit atau mati, antraks pencernaan jika mengonsumsi daging yang terkontaminasi antraks, atau antraks pernapasan melalui spora antraks yang terhirup.
Baca Juga: Ombudsman RI Ungkap Amburadulnya Jajaran Direksi Jiwasraya
“Yang paling banyak antraks kulit, yang memiliki gejala demam, bengkak, serta luka yang memunculkan kopeng menghitam tebal. Antraks jenis ini relatif tidak fatal, lebih berbahaya antraks pernapasan dan pencernaan,” paparnya.
Berita Terkait
-
Hasan Nasbi Beri Saran Teror Kepala Babi ke Tempo Dimasak, Dosen UGM: Pejabat Begini Menyedihkan
-
Siswa Rentan Tertular Penyakit, Ketua IDAI Minta Pelaksanaan Vaksinasi di Sekolah Terus Diperkuat
-
Nyelekit! Dosen UGM Kritik Pemerintah: Surat Lamaran CPNS Tak Perlu Pakai e-Meterai!
-
Blak-blakan Dosen UGM, Ada Operasi yang Menahan Civitas Akademika Kritik Jokowi Soal Pemilu
-
Profil Eric Hiariej: Kakak Eddy Hiariej Dipecat dari UGM karena Kasus Pelecehan Seksual
Tag
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
- Rekaman Lisa Mariana Peras Ridwan Kamil Rp2,5 M Viral, Psikolog Beri Komentar Menohok
Pilihan
-
Hasil Akhir! Pesta Gol, Timnas Indonesia U-17 Lolos Piala Dunia
-
Hasil Babak Pertama: Gol Indah Zahaby Gholy Bawa Timnas Indonesia U-17 Unggul Dua Gol
-
BREAKING NEWS! Daftar Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Yaman
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
Terkini
-
Gunungkidul Sepi Mudik? Penurunan sampai 20 Persen, Ini Penyebabnya
-
Kecelakaan KA Bathara Kresna Picu Tindakan Tegas, 7 Perlintasan Liar di Daop 6 Ditutup
-
Arus Balik Pintu Masuk Tol Jogja-Solo Fungsional di Tamanmartani Landai, Penutupan Tunggu Waktu
-
AS Naikan Tarif Impor, Kadin DIY: Lobi Trump Sekarang atau Industri Indonesia Hancur
-
Petani Jogja Dijamin Untung, Bulog Siap Serap Semua Gabah, Bahkan Setelah Target Tercapai