Scroll untuk membaca artikel
Silfa Humairah Utami | Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 19 Januari 2020 | 21:52 WIB
Pengrajin liong mini dan topeng barongsai, Doel Wahab Hadi Prayitno saat diwawancarai di kediamannya di Kemetiran Kidul, Pringgokusuman, Gedongtengen, Kota Yogyakarta, Minggu (19/1/2020). (Suara.com/Muhammad Ilham Baktora)

Mbah Doel, meski lama merespon pertanyaan wartawan, dia menjelaskan pembuatan liong menggunakan kain yang cukup tebal. Ditanyai jenis kain yang dipakai, dirinya sulit mengingat dan hanya menyebut memang kualitas kain yang utama saat membuat hewan berbentuk ular tersebut.

Menjadi pengrajin liong dan topeng Barongsai, pendiri kelompok Isakuiki ini tak terlihat memajang hasil karyanya. Hanya potongan berita hingga piagam penghargaan yang dia pajang di ruang tamu yang juga ruang Mbah Doel dan istrinya beristirahat.

"Saya dulu itu menyimpan hasil liong buatan saya yang dianggap paling bagus. Sebenarnya saya simpan di ruang sebelah (kamar lain). Jadi liong sendiri berukuran panjang enam meter dengan warna merah corak kuning yang mengkilap. Tapi karena ada seorang anak yang main ke rumah dan melihat liong tersebut, orang tua meminta untuk membeli. Namun saya beritahu bahwa liong itu tak dijual dan menjadi sebuah penghargaan sekaligus hasil terbaik yang pernah saya buat untuk pajangan," katanya.

Mbah Doel melanjutkan, karena tak dijual dan anak tersebut merengek harus mendapatkan liong buatannya, orang tua anak mengaku bahwa sang anak malah jatuh sakit setelah kepulangan dari rumah Mbah Doel. Tak ada yang memastikan apa penyebab sakitnya, namun sang anak kerap mengigau soal liong yang pernah dia lihat di rumah kakek dengan delapan cucu ini.

Baca Juga: Jelang Imlek, Warga Tionghoa Bogor Mandikan Rupang di Vihara Dhanagun

"Saya cukup kaget dengan cerita orang tua anak ini. Karena liong, anak ini sampai jatuh sakit, jadi dia mengalami tubuh panas dan tak kunjung sembuh. Karena saya kasihan dan ingin menyembuhkan anak itu, akhirnya saya ikhlaskan. Memang sedikit berat, namun itu untuk kebaikan anak tersebut," kenangnya.

Hal itulah mengapa pria kelahiran 12 November 1931 ini tak memiliki hasil buatan tangannya untuk dipajang di rumah dia.

"Jadi itu hasil karya terakhir saya yang harus rela saya lepas. Mungkin sekitar 2017 lalu kejadian itu," tambah Mbah Doel.

Tak berhenti di situ, Mbah Doel yang piawai dalam membuat kerajinan liong juga kesulitan meneruskan ilmunya. Meski telah mengajarkan kepada anaknya, hal itu tak sesuai harapan.

"Ilmu itu sudah saya turunkan kepada anak saya. Bagaimana memilih kain, membuat mata liong bisa berkedip-kedip hingga pemilihan warna yang sesuai. Tapi anak saya tak menguasai dengan baik. Malah saat ini dia memilih menjadi penari barongsai," kata dia.

Baca Juga: 10 Tahun Bersihkan Klenteng Jelang Imlek, Jhony: Ini Panggilan Hati Saya

Mbah Doel cukup menyayangkan jika ilmu ini tak sampai kepada generasi di bawahnya. Namun begitu pihaknya hanya bisa berharap agar pelestrian budaya tetap dijaga oleh generasi muda.

Load More