Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 23 Januari 2020 | 19:30 WIB
Sekjen Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf saat ditemui di Ballroom Hotel Hyatt, Kamis (23/1/2020). [Uli Febriarni / Kontributor]

SuaraJogja.id - Sekretaris Jenderal Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf menjelaskan, setiap orang tidak bisa memaksakan pendapat atas pandangan yang berbeda dalam pemahaman syariat.

Hal itu dikemukakan saat ia ditanya wartawan perihal pernyataan istri mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah mengenai persoalan pemakaian jilbab yang kontroversial.

Cholil menjelaskan, perihal jilbab merupakan sebuah fikih dalam agama Islam. Fikih merupakan turunan dari syariat.

"Fikih ini bisa macam-macam pendapat. Ada yang bilang jilbab wajib, jilbab itu enggak wajib. Nah dari sisi agama, ini aspirasi nilai saja, ndak apa [berbeda] silakan saja. Anggap wajib silakan, enggak silakan," kata dia, di Ballroom Hotel Hyatt, Kamis (23/1/2020).

Baca Juga: Yahya Cholil Staquf Diterima PM Israel

Ia menjelaskan, yang dimaksud syariat adalah nilai-nilai mendasar, seperti bahwa kita harus menghormati sesama manusia, harus berbakti kepada orang tua.

Di kesempatan yang sama, ia menegaskan bahwa yang harus dipatuhi adalah hukum positif, yang memang sudah ditetapkan oleh negara. Dan apabila ingin mengubahnya, harus melalui proses tata negara yang sah.

"Nah kalau dia mentang-mentang punya pandangan fikih atas syariat yang berbeda, mau ngotot, itu ndak bisa. Apalagi untuk soal yang masih debatable," ujarnya.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More