Scroll untuk membaca artikel
Silfa Humairah Utami
Minggu, 26 Januari 2020 | 20:24 WIB
Ilustrasi sapi - (Pixabay/athree23)

SuaraJogja.id - Gunungkidul Kewalahan Tangani Sapi Mati Mendadak

Peristiwa hewan ternak yang mati mendadak terus terjadi di wilayah Gunungkidul terus terjadi. Berulangnya hal ini juga membuat petugas dari Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul merasa kewalahan menangani peristiwa tersebut.

Hari Sabtu kemarin, tiga peristiwa sapi mendadak di 3 kecamatan berbeda dan letaknya berjauhan. Tiga peristiwa sapi mati mendadak terjadi di Kecamatan Saptosari, Ngawen dan Karangmojo.

Kepala Seksi Kesmavet DPP Gunungkidul, drh Retno Widiastuti mengungkapkan hewan ternak yang mati mendadak terus terjadi. Pihaknya sedikit kewalahan menghadapi kematian sapi mendadak yang terus terjadi tersebut.

Baca Juga: Diduga Dimangsa Harimau, Sapi Warga Agam Ditemukan Mati Penuh Luka

"Setiap kematian hewan ternak mendadak harus ditangani sesuai prosedur. Padahal jumlah SDM kami terbatas," tuturnya, Minggu (26/1/2020).

Standar Operation Prosedur (SOP) harus diterapkan untuk menghindari petugas ataupun masyarakat sekitar terkontaminasi bakteri anthraks. SOP tersebut di antaranya seperti harus pakai pakaian pelindung seperti astronot.

Dalam hal penguburannya pun harus sesuai standar yang ditetapkan baik kedalaman ataupun ukuran lubanhnya. Selain itu harus diambil sampel darahnya dan juga lingkungannya.

Padahal saat ini, jumlah petugas kesehatan hewan di DPP sangat minim. Saat ini baru ada 25 petugas kesehatan hewan dan 21 dokter hewan. Jumlah tersebut sangat minim jika dibandingkan dengan populasi sapi serta luas area Gunungkidul.

"Luas wilayah Gunungkidul mencapai 46 % luas DIY. Dan jumlah ternaknya padat,"tambahnya.

Baca Juga: Puluhan Sapi di Sleman Diduga Terjangkit Virus Theileria, Ada yang Mati

Ia mengungkapkan, jumlah populasi sapi mencapai 152 ribu ekor. Idealnya, 1 petugas medik ataupun dokter hewan menangani 2.000 ekor sapi. Namun di Gunungkidul hanya ada 25 petugas, tentu jumlah tersebut sangat minim.

Oleh karena itu, tahun ini pihaknya diminta mengajukan formasi petugas dan dokter hewan untuk CPNS. Sebab, seingat dirinya rekruitmen tenaga kesehatan hewan di Gunungkidul terakhir dilakukan 2010 lalu.

Sepanjang hari Sabtu (25/1/2020) kemarin setidaknya ada 3 ekor sapi mati mendadak tanpa diketahui penyebabnya. Salah satunya adalah di kecamatan karangmojo.

Camat Karangmojo, Marwata Hadi membenarkan adanya peristiwa tersebut. Sapi yang mati tersebut adalah sapi milik Arif warga Desa Ngawis. Sapi tersebut adalah salah satu dari 4 sapi yang dipelihara oleh Arif.

"Jenisnya sapi metal yang berusia 2 tahun. Sudah ada yang menawar Rp 33 juta,"ujarnya ketika dikonfirmasi.

Sapi tersebut sudah jatuh sakit pada 22 Januari 2020 lalu dan 23 Januari telah diobati oleh dokter hewan. Namun suhunya tetap tinggi dan kesehatannya terus menurun.

Sabtu pagi ketika pemiliknya hendak memberi makan sapi tersebut, ternyata sudah mati. Petugas yang menanganinya sempat kewalahan untuk mengevakuasi sapi karena ukurannya yang cukup besar.

"Untuk menguburnya perlu alat berat,"ungkapnya.

Kontributor : Julianto

Load More