Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Senin, 30 Maret 2020 | 15:37 WIB
Pedagang di Pasar Beringharjo jual empon-empon Corona, Rabu (4/3/2020). [Putu Ayu Palupi / Kontributor]

SuaraJogja.id - Penyebaran COVID-19, yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2, sangat masif dan menyebabkan kematian di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Karenanya, berbagai cara dilakukan untuk menangkal virus dan meningkatkan imunitas, seperti mengonsumsi multivitamin, suplemen, hingga ramuan herbal atau empon-empon.

Ahli farmasi sekaligus Ketua Program Studi Profesi Apoteker, Departemen Farmakologi & Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Ika Puspitasari, ketika dihubungi, Senin (30/3/2020), mengungkapkan, ada 18 empon-empon atau herbal yang diteliti dan terbukti mampu meningkatkan imunitas. Di antaranya kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), brotowali (Tinospora cordifolia), teen (Ficus carica), lidah buaya (Aloe vera), dan murbei (Morus alba).

Selain itu, ada juga jeruk nipis (Citrus aurantifolia), bawang putih (Allium sativum), kunyit (Curcuma longa), orang-aring (Eclipta alba), mangga (Mangifera indica), mimba (Azadirachta indica), mengkudu (Morinda citrifolia), pegagan (Centella asiatica), cabai jawa (Piper longum), echinace (Echinacea pupurea), meniran (Phyllanti niruri), keladi tikus (Thyponium flagelliforme), dan sarang semut (Myrmecodia tuberosa).

Namun, mengonsumsi empon-empon harus dilakukan sepanjang waktu tertentu, maksimal delapan minggu. Hal ini penting untuk mencegah efek samping imunomodulator.

Baca Juga: Hari Film Nasional, Film Warkop DKI Reborn Kembali Hadir

"Otoritas pengawas obat di beberapa negara Eropa merekomendasikan waktu penggunaan bahan bersifat imunomodulator tidak lebih dari delapan minggu," ungkapnya pada SuaraJogja.id.

Menurut Ika, konsumsi empon-empon tidak boleh lebih dari delapan minggu agar jika pasien mengalami gangguan kesehatan, dapat diketahui penyebabnya. Karenanya, jika terjadi gangguan kesehatan, maka penderita tetap harus memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Selain itu, penggunaan imunomodulator tidak direkomendasikan diberikan pada pasien-pasien penyakit kronis. Sebut saja pasien leukemia, TB, dan penyakit autoimun, seperti SLE, Rheumatoid artritis, Idiopatik trombositopeni purpura, dan DM tipe 1.

Konsumsi imunomodulator ataupun vitamin dan suplemen tidak boleh menggantikan gizi seimbang yang perlu dikonsumsi sehari-hari. Karenanya, masyarakat tetap dianjurkan untuk menjaga pola makan dengan gizi seimbang.

"Ada beberapa bahan herbal yang pernah diteliti baik secara in vitro [pada sel] maupun in vivo pada hewan uji yang bisa mendongkrak imun tubuh," tandasnya.

Baca Juga: Perdana Naik Podium MotoGP, Bagnaia Merasa Sedikit Berbeda

Ika menambahkan, ada sejumlah cara untuk mengaktifkan sistem imun tubuh. Selain empon-empon, pola hidup sehat dan pola makan sehat juga harus dilakukan untuk menangkal COVID-19. Sebab, pengaruh pola makan dan hidup sehat lebih terpercaya dalam meningkatkan daya tahan tubuh melawan infeksi virus corona.

Load More