Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Kamis, 09 April 2020 | 11:32 WIB
Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY menyelenggarakan Operasi Beras Gratis, rabu (9/4/2020). (ANTARA/HO/ACT)

SuaraJogja.id - Operasi beras gratis merupakan salah satu aksi yang dilakukan Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY dengan mendistribusikan beras kepada masyarakat prasejahtera di beberapa lokasi di DIY, Rabu (8/4/2020).

Satu ton beras dikemas per lima kilogram untuk kemudian dibagikan di Desa Grogol, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul dan Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. 

"Bantuan Beras ini merupakan wujud kepedulian kita bersama untuk meringankan beban masyarakat prasejahtera yang tengah mengalami kesulitan ekonomi disituasi sulit saat ini," ujar Kepala Cabang ACT DIY, Bagus Suryanto, melalui Antara.

Dengan pemberian beras gratis tersebut, Sekitar 200 KK dan 1.660 jiwa masyarakat prasejahtera berhasil terbantu oleh ACT DIY. Mereka berasal dari berbagai profesi seperti petani, buruh, pedagang, tukang becak, pekerja harian, lansia serta driver ojek online yang beberapa pekan terakhir mengalami penurunan penghasilan akibat merebaknya wabah COVID-19.

Baca Juga: Pakai APD Jangan Asal, Harus Tetap Sesuai Penggunaan

Bagus menuturkan, program Oparasi Beras Gratis merupakan bentuk respon dari ACT sebagai lembaga kemanusiaan untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat yang tengah mengalami kesulitan.

Menurutnya, merebaknya COVID-19 harus dijadikan mommentum untuk saling tolong-menolong. Banyak para buruh, pekerja harian, pedagang, maupun tukang ojol, kehilangan penghasilan, padahal mereka adalah tulang punggung keluarga.

Seperti yang dituturkan Winarno (31), salah satu warga Desa Grogol yang menerima bantuan ersebut mengatakan, di Gunungkidul sudah terasa dampak tak langsung dawi wabah corona. Sebagian warga Gunungkidul adalah perantau yang bekerja sebagai buruh di Jakarta sehingga di fase lockdown ini, para kerabat tidak bisa mengirimkan uang bulanan ke keluarganya di kampung.

Winarno menambahkan, selain menjadi buruh, sebagian besar masyarakat Gunungkidul bermata pencaharian sebagai petani, namun mereka banyak yang gagal panen karena hama, sehingga padi padi yang dipanen tidak berisi (gabug). 

"Akibatnya banyak petani terutama yang berasal dari keluarga prasejahtera ini merugi," kata Winarno.

Baca Juga: Gegara Lockdown, Sepasang Panda Ini Akhirnya Kawin Setelah 10 Tahun

Kondisi serupa juga tengah dirasakan sebagian masyarakat di Kabupaten Sleman, salah satunya Bejo (54) masyarakat di Kaliurang yang merasakan langsung dampak ekonomi dari wabah COVID-19.

Load More