Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Selasa, 21 April 2020 | 16:00 WIB
Keluarga Guru Besar UGM Iwan Dwiprahasto menaburkan bunga di atas kuburan di Makam Sawit Sari UGM, Selasa (24/3/2020). - (ist)

'Selamat pagi... ada keluhan apa Prof...' Nadanya sangat riang, menyemangati.

Air panas untuk mandi yang mereka sediakan, sungguh menghangatkan hati saya. Begitu pula petugas cleaning service yang membuat kamar mandi saya wangi setiap hari dan lantai kamar saya licin, dibersihkan 2x sehari. Tanpa mereka, saya tidak akan dapat bertahan sesabar ini di M5.

Di balik itu saya sering merenung, betapa besar pengorbanan mereka untuk orang-orang seperti saya. Mereka mempertaruhkan nyawanya (dan juga keluarganya yang berinteraksi dengan mereka), demi orang-orang yang tidak mereka kenal, yang tidak pernah berbuat apa pun untuk hidup mereka.

Mereka pasti orang-orang yang diberi kelebihan dan kekuatan oleh Allah SWT. Subhanallah... Ya Allah, jauhkanlah mereka dari mara bahaya yang setiap hari mengintai. Berilah mereka kekuatan iman, kesehatan, keikhlasan, ketenangan agar mereka tidak merasa takut, tidak merasa sedih atau khawatir, agar mereka senantiasa sehat, bersemangat untuk melakukan pengabdiannya. Lindungi pula keluarga mereka Ya Allah.

Baca Juga: Cie, Mikha Tambayong dan Deva Mahenra Go Public?

Kerinduan yang lain adalah suara gaib berupa azan yang terus-menerus berkumandang di setiap malam. Azan itulah yang menenangkan saya, menemani saya melewati malam hingga pagi. Jam berapa pun saya terbangun, selalu ada suara azan itu. Pasti Allah mengirimkannya untuk menguatkan saya. Saya merindukannya.

Begitu pula dokter jaga dan residen penyakit dalam, THT, dr Agus Surono, dr Lusi ,yang pernah mampir/berkomunikasi ke ruangan saya. Sekalipun singkat interaksinya, tapi sangat bernilai untuk saya, yang 'sendiri' menjalani masa isolasi ini.

Khusus Dr Agnes, terimakasih sudah berkenalan di Instagram dan kemudian bertemu beberapa jam sebelum saya pulang. Maafkan perilaku dan perkataan saya yang tidak berkenan selama menjadi pasien. Ada masa-masa berat dan masa-masa yang lebih stabil selama saya di sana. Semoga semuanya tetap sehat, ikhlas, bersemangat menjalani hari-hari di Sardjito sampai dengan lulus pendidikan spesialis (bagi residen).

Yakinlah bahwa kita semua ini sedang diberikan kelebihan dengan menjalani proses seperti ini di masa-masa yang tidak mudah ini. Di balik musibah, selalu ada banyak rencana baik yang akan Tuhan berikan. Insyaallah. Amin.

Untuk dr Ika, dokter spesialis paru, dokter yang merawat saya, yang baik hati, cantik, dan ceria. Saya sering rindu dengan Dr Ika setelah kembali ke rumah. Saya tidak akan pernah lupa kiriman telur rebus, telur ceplok, dan popcorn-nya. Itu telur ceplok paling enak sedunia hahaha. Popcorn sengaja saya simpan supaya bisa dinikmati berdua dengan Putri, anak saya. Sekarang sudah ludes Bu... [emoji tertawa]

Baca Juga: 4 Tips Pilih Masker Naik Motor, Agar Tidak Timbulkan Dampak Buruk

Kastengelsnya dr Ida crispy banget, terus saya pakai untuk melatih disiplin diri sendiri. Setiap hari hanya boleh makan dua [emoji mengedipkan sebelah mata].

Load More