Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 21 April 2020 | 19:25 WIB
Ilustrasi Batik(Pixabay/masbet)

Selain SAB milik Agus, kondisi tidak berbeda juga menimpa usaha Batik Sembung di Dusun Sembungan, Kalurahan Gulurejo, Lendah milik Bayu Permadi.

Sebelum corona mewabah, Bayu dibantu belasan karyawan untuk memproduksi ratusan batik dalam sehari. Batik-batik tersebut dijual dengan kisaran harga mulai dari Rp150.000 hingga Rp500.000.

"Tapi sekarang lagi anjlok karena corona, sebagian karyawan saya juga terpaksa dirumahkan, baru kemarin beberapa ada yang diminta kerja lagi karena ada pesanan cukup banyak," ujar Bayu.

Rumah produksi batik milik Bayu ini menyediakan batik motif kontemporer, kombinasi warna alam, serta batik Geblek Renteng, yang merupakan ciri khas batik Kulon Progo.

Baca Juga: Buruh Perempuan di Hari Kartini: RUU Cipta Kerja Tidak Memenuhi Hak-hak

Sementara itu, Gito Ciblek, yang juga perajin batik di Lendah, turut mengalami persoalan serupa. Gito tidak lebih beruntung dari perajin batik sebelumnya milik Agus dan Bayi. Pasalnya per April, ia sudah tak memproduksi batik karena sepinya pembeli. Sekarang Gito hanya menjual batik dari stok kain yang tersedia.

"Kami sekarang hanya memanfaatkan sistem online, syukurlah bulan ini setidaknya bisa jual 30-an kain," ujar Gito.

Load More