SuaraJogja.id - Sebagai bulan yang paling ditunggu-tunggu umat Muslim sedunia, Ramadan menjadi bulan paling istimewa. Bahkan, sebelum Ramadan tiba, warga di setiap daerah punya tradisi khas untuk menyambut datangnya bulan penuh berkah ini.
Di Jogja sendiri, ada sejumlah tradisi unik menyambut bulan suci Ramadan. Sayangnya, karena di Ramadan tahun ini pandemi corona belum berakhir, warga Jogja diimbau untuk tak melakukan sejumlah tradisi tersebut, apalagi yang berpotensi melibatkan kerumunan orang.
Namun, untuk melepas rindu akan tradisi menyambut Ramadan di tahun-tahun sebelumnya, SuaraJogja.id telah merangkum dari Guideku.com empat tradisi unik menyambut Ramadan khas Jogja. Apa saja? Simak daftarnya berikut ini:
1. Nyadran atau ziarah
Ziarah sebelum bulan suci Ramadan, yang juga biasa disebut nyadran, telah menjadi tradisi turun temurun warga Jogja.
Tradisi nyadran dilakukan dengan berziarah ke makam leluhur yang sudah meninggal untuk mendoakan mereka agar dosa-dosanya selama di dunia diampuni. Saat nyadran, warga akan melakukan bersih-bersih makam, kenduri, dan tabur bunga bersama saudara atau penduduk sekitar.
2. Labuhan
Labuhan merupakan salah satu tradisi istimewa menjelang Ramadan karena hanya boleh dilakukan oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan punggawanya, berdasarkan perintah dari Sultan. Labuhan biasanya dilakukan dengan menghanyutkan beberapa helai rambut serta potongan kuku Sultan.
Rambut serta kuku tadi dihanyutkan ke laut lewat Pantai Parangtritis maupun Gunung Merapi. Warga Jogja percaya bahwa tradisi ini akan menghadirkan ketentraman serta kesejahteraan.
Baca Juga: Anies Perpanjang PSBB Jakarta 28 Hari, Sopir Ojol Makin Menjerit
3. Apeman
Apeman diambil dari nama kudapan "apem", yang terbuat dari telur, santan, ragi dan tepung beras. Selain Labuhan, Keraton Yogyakarta biasanya juga melaksanakan tradisi Apeman sebelum Ramadan.
Apem yang dibuat biasanya cukup besar, yakni berdiameter kurang lebih 20 sentimeter. Setelah matang, nantinya apem yang dibuat oleh perempuan di dalam Keraton Jogja ini akan dibagikan kepada abdi dalem.
4. Padusan
Sebelum melaksanakan salat tarawih pertama, warga Jogja biasanya melakukan tradisi padusan terlebih dahulu dengan tujuan membersihkan jiwa dan raga, supaya saat melaksanakan ibadah di bulan Ramadan, mereka sudah dalam keadaan suci dan bersih.
Dulunya, tradisi padusan ini dilakukan dengan cara berendam di tempat atau pemandian yang dianggap sakral. Namun seiring bergantinya zaman, sekarang tradisi ini bisa di mana saja, seperti di kolam renang, bahkan di kamar mandi rumah.
Berita Terkait
-
Meski dengan Suasana Berbeda, Iis Dahlia Semangat Jalani Ramadan
-
Sidang Isbat Malam Ini, Kenali 5 Metode Penetapan 1 Ramadan
-
Mulai Puasa Kamis Ini, Tarekat Naqsabandiyah Tetap Salat Tarawih Berjamaah
-
Jelang Ramadan, Kulon Progo Gelar Operasi Pasar Gula Pasir
-
Ketika Umar Bin Khattab Akhiri Perdebatan Tentang Wabah dan Takdir
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jeritan Hati Sopir TransJogja: Gaji Tipis, Denda Selangit, dan Ironi di Balik Kemudi
-
Jelang Libur Nataru, Kapolri Pastikan DIY Siap Hadapi Ancaman Bencana La Nina dan Erupsi Merapi
-
Tragis! Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Monjali Sleman, Dua Orang Tewas
-
Kisah Ironis di Jogja: Bantu Ambil Barang Jatuh, Pelaku Malah Kabur Bawa Dompet dan Ponsel
-
Jaga Warga Diminta Jadi Pagar Budaya Penjaga Harmoni Yogyakarta