Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Yulita Futty
Rabu, 06 Mei 2020 | 13:01 WIB

SuaraJogja.id - Merunut pada riwayatnya praktik premanisme sudah berlangsung lama, bahkan tumbuh subur ketika Orde Baru berkuasa.

Berpedoman pada tulisan Ian Douglas Wilson bertajuk Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Orde Baru, didedahkan bahwa praktik premanisme tak sekadar soal perut tetapi juga tak bisa dilepaskan dari bayang politik kekuasaan.

Karena adanya legitimasi tersebut, tak heran aksi premanisme dalam beberapa dekade ke belakang tampak begitu tumbuh subur.

Tumbuh suburnya praktik premanisme ini nyatanya juga bisa dirasakan oleh masyarakat di sekitaran Jogja. Seperti halnya di tempat-tempat lain, praktik premanisme di Jogja juga sangat lekat dengan kekerasan.

Tak sedikit di antaranya yang harus bertaruh nyawa demi mempertahankan eksistensi hingga periuknya.

Tentang bagaimana potret kelam dunia premanisme di Jogja, cerita Safuani berikut ini bisa jadi gambarannya.

Pria yang akrab disapa Haji Icap ini telah lama pensiun dari praktik dunia hitam tersebut. Meski begitu kenangannya akan masa muda nan menggelora sebagai preman masih cukup kuat di ingatannya.

Berikut kisahnya

Load More