SuaraJogja.id - Pandemi COVID-19 yang masih membayangi aktivitas masyarakat menyebabkan pasar dan sejumlah tempat wisata tutup untuk sementara waktu. Hal ini membuat perajin pernak-pernik seperti tas, baju dan yang lainnya mau tidak mau harus memutar otak lebih keras agar usahanya tetap berjalan.
Salah satunya home Industri tas dan pernak-pernik milik Yulianto yang berada di Dusun Taruban Kulon, Tuksono, Kapanewon Sentolo. Usahanya semula adalah memproduksi tas dari bahan batik dan benang rajut, namun belakangan ia memutuskan untuk beralih memproduksi baju hazmat dan face shield.
"Sejak ada corona ini kan pasar dan tempat wisata pada tutup jadi ngga ada pemasukan dari jual tas-tas ini terus ada yang nyuruh bikin APD dan face shield aja," ujar Yulianto, Senin, (18/5/2020).
Sampai saat ini, sudah lebih dari 100 buah baju hazmat dan sekitar 3000 buah face shield diproduksi olehnya. Yulianto mengaku, saat ini hanya mengerjakan pesanan dalam jumlah banyak saja yang kebanyakan didistribusikan ke Jogja dan Bandung.
Yulianto mengatakan, dalam proses pembuatannya, rata-rata perorang bisa memproduksi hingga 10 baju hazmat dalam sehari. Sekurang-kurangnya, ada 15 orang yang membantu Yulianto dalam pembuatannya.
"Iya kurang lebih bisa sampai 100 buah lebih dalam produksinya sehari," ungkapnya.
Bahan yang digunakannya dalam membuat hazmat tersebut adalah spunbond yang dibedakan menurut beratnya, ada yang 75 gram dan 50 gram. Bahan ini biasanya hanya bisa digunakan untuk sekali pakai.
Ia juga melayani apabila ada pihak yang ingin membeli baju hazmat dengan partai kecil. Per baju hazmat ia hargai Rp80.000 sedangkan untuk face shield perbuahnya dihargai Rp.25.000.
Pihaknya mengakui, awalnya ia dan beberapa rekannya sempat kesulitan untuk beradaptasi atau membiasakan diri untuk membuat baju hazmat dan face shield tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu ia dan karyawannya sudah semakin terbiasa dalam menemukan pola yang sesuai.
Baca Juga: Jelang Idul Fitri, Ini 5 Aplikasi Zakat Online yang Mudah dan Praktis
"Awalnya sulit, tukangnya juga masih lama. Satu hari hanya dapat lima buah, lalu pas sudah tau cara dan langkahnya jadi makin lancar dan bisa tambah hasilnya," imbuhnya.
Kesulitan lainnya ada pada bahan baku pembuatannya sendiri. Hal tersebut, Yulianto menyebut, kemungkinan terjadi karena banyaknya permintaan sehingga bahan baku susah untuk ditemukan.
"Kemarin itu, agak sulit nyarinya. Kalau sekarang sudah ada namun untuk permintaan banyak tetap harus pesan jauh-jauh hari dulu," tandasnya.
Berita Terkait
-
Pelanggar PSBB Ogah Disuruh Nyapu Jalanan: Malu Ditonton Warga
-
Jenuh Tingkat Dewa, Pria Ini Bikin Layangan Berbentuk Celana Dalam Raksasa
-
PKL Tanah Abang Membludak Lagi saat PSBB: Ayo Diborong Bunda Biar Jadi Duit
-
Seharga 2 Juta, FDA Izinkan Kit Tes Covid-19 yang Bisa Dilakukan di Rumah
-
Padatnya Pasar Tradisional di Kota Bogor saat PSBB
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Pasca Kebakaran Pasar Seni Gabusan: DKUKMPP Bantul Gercep Ambil Tindakan, Apa Saja?
-
Harga Minyak Goreng Naik di Yogyakarta: Pemerintah Ambil Tindakan
-
Miris, Mahasiswa Jadi Penyebab? Dinsos DIY Beberkan Fakta di Balik Kasus Pembuangan Bayi di Sleman
-
UMKM Yogyakarta, Jangan Sampai Salah Data! Pemerintah Lakukan Pembaruan Besar-besaran
-
Guru dan Siswa SMPN 2 Mlati Pulih Usai Keracunan MBG, Program Dihentikan Sementara