Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 20 Mei 2020 | 17:15 WIB
Potret buruh gendong yang tengah beraktivitas di pasar Beringharjo, Rabu (20/5/2020). [Suarajogja.id / Ilham Baktora]

"Alhamdulilah, mungkin jalannya Allah untuk saya seperti ini. Tapi saya bersyukur, rezeki apapun diterima dan sekarang bisa menyekolahkan anak hingga menikah," kenang Sumiyati.

Di sisi lain, Penasihat yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Buruh Gendong Pasar Beringharjo, Suyatni membeberkan, mereka tak bisa mematok harga tinggi untuk sekali angkut. Pasalnya, buruh gendong belum diakui pemerintah sehingga harus ada lembaga yang mengawal mereka untuk mendapatkan upah yang layak.

"Jadi tidak ada pengakuan tertulis soal buruh seperti kami. Sebelumnya sudah ada permintaan kepada Kementerian Ketenagakerjaan soal upah yang layak, karena kami juga buruh. Tapi sampai sekarang permintaan itu tak segera terkabul," jelas dia.

Upah Rp 5 ribu terbilang sangat mencekik para buruh gendong atau angkut. Pihaknya berharap pemerintah bisa memperhatikan profesi buruh gendong lantaran mereka juga turut berperan dalam geliat ekonomi pasar.

Baca Juga: Atur Jadwal Tidur Bayi, Orangtua Bisa Berikan Stimulasi Cahaya Hingga Suara

"Buruh gendong di sini rata-rata sudah sangat tua. Tapi memang tenaga kami masih kuat. Maka dari itu kami berharap pemerintah lebih serius memperhatikan kami. Di Beringaharjo sudah ada 200 buruh gendong yang terdaftar. Tapi ada juga yang belum terdaftar. Jika ditotal ada 400 buruh gendong di pasar ini," katanya.

Load More