SuaraJogja.id - Penyebaran virus corona di Indonesia dalam dua hari belakangan menimbulkan kekhawatiran. Pasalnya, jumlah pasien yang terinfeksi meningkat pesat hingga hampir seribu dalam satu hari. Tingginya angka pemudik dinilai menjadi salah satu faktor cepatnya penyebaran virus corona.
Rektor Universitas Alma Ata (UAA) Hamam Hadi menjelaskan bahwa angka persebaran virus corona di Indonesia terus meningkat pesat dan belum mencapai puncak, sehingga puncak penyebaran maupun selesainya wabah corona belum dapat diprediksi.
Ia menjelaskan, salah satu karakter Covid-19 adalah sensitif terhadap mobilitas masyarakat, sehingga ia memperkirakan, jika terjadi kerumunan massa maupun mobilitas masyarakat yang tinggi pada momen Lebaran, maka itu dapat menjadi masa kritis penyebaran Covid-19.
"Satu, dua, tiga, empat hari pertama bulan Syawal akan menjadi critical time," kata Hamam, Sabtu (23/5/2020).
Hamam menilai, masyarakat Indonesia memiliki budaya mobilitas yang tinggi dalam menyambut hari raya Idul Fitri, terutama dalam satu minggu pertama bulan syawal. Oleh karenanya, ia khawatir jika hari-hari tersebut tidak dapat dikendalikan akan menimbulkan ledakan pasien.
Tingginya mobilitas masyarakat dinilai menjauhkan kurva dari fase aman. Momen Ramadan dinilai Hamam tidak dimanfaatkan dengan baik untuk dapat mengendalikan penyebaran wabah maupun untuk memutus rantai penyebaran.
Hamam berpesan kepada masyarakat agar dapat menahan diri menghadiri kerumunan dalam momen Lebaran. Ia juga meminta masyarakat untuk mengganti metode silaturahmi untuk sementara dengan memanfaatkan teknologi komunikasi.
"Tinggi sekali risikonya untuk terpapar dan terjangkit Covid-19 pada hari-hari ini," imbuhnya.
Ia menegaskan kepada masyarakat agar menyadari bahwa jumlah pasien positif terus meningkat. Rumah sakit sudah mengalami kepenuhan pasien dan kondisi tenaga medis yang sudah mulai kelelahan dan sebagian menyerah.
Baca Juga: 12 Ucapan Idul Fitri dari Tokoh Politik, Unggahan Fadli Zon Bikin Terharu
Selain itu, Hamam juga meminta pemerintah untuk dapat lebih tegas dalam mencegah terjadinya kerumunan di tengah masyarakat. Ia menilai, jika pemerintah tidak memperbaiki regulasi PSBB, sama dengan pemerintah membiarkan rakyatnya meninggal.
Berita Terkait
-
Tradisi Lebaran Berbeda, Kalimatur: Kesehatan Paling Penting
-
Salat Id di Rumah, Hanung Bramantyo Belajar Ikhlas dari Pandemi Corona
-
Lindungi Anak dari Covid-19, KPAI Minta Lebaran Tetap di Rumah Saja
-
Warga Jogja Banyak yang Salat Id di Rumah, Alun-Alun Sepi
-
Aldi Taher Rayakan Idul Fitri Bersama Keluarga Pakai Video Call
Terpopuler
- Pemain Keturunan Rp260,7 Miliar Bawa Kabar Baik Setelah Mauro Zijlstra Proses Naturalisasi
- 4 Link Video Syur Andini Permata Bareng Bocil Masih Diburu, Benarkah Adik Kandung?
- 41 Kode Redeem FF Terbaru 10 Juli: Ada Skin MP40, Diamond, dan Bundle Keren
- 4 Rekomendasi Sepatu Running Adidas Rp500 Ribuan, Favorit Pelari Pemula
- Eks Petinggi AFF Ramal Timnas Indonesia: Suatu Hari Tidak Ada Pemain Keturunan yang Mau Datang
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Prediksi Oxford United vs Port FC: Adu Performa Ciamik di Final Ideal Piala Presiden 2025
-
Ole Romeny Kena Tekel Paling Horor Sepanjang Kariernya, Pelatih Oxford United: Terlambat...
-
Amran Sebut Produsen Beras Oplosan Buat Daya Beli Masyarakat Lemah
-
Mentan Bongkar Borok Produsen Beras Oplosan! Wilmar, Food Station, Japfa Hingga Alfamidi Terseret?
Terkini
-
UMKM Kota Batu Tangguh dan Inovatif Berkat Dukungan Klasterkuhidupku BRI
-
443 Juta Transaksi: Bukti Peran Strategis AgenBRILink untuk BRI
-
Jebakan Maut di Flyover, Pengendara Motor Jadi Korban Senar Layangan! Polisi: Ini Ancaman Berbahaya
-
Gula Diabetasol, Gula Rendah Kalori
-
Angka Kecelakaan di Jogja Turun, Polisi Bongkar 'Dosa' Utama Pengendara yang Bikin Celaka