SuaraJogja.id - Memasuki H+1 Lebaran, biasanya masyarakat banyak yang memanfaatkan hari libur tersebut untuk berwisata. Berkumpulnya keluarga besar dimanfaatkan untuk menyambung silaturahmi dengan berlibur bersama.
Sayang, hal itu hanya angan-angan semata untuk tahun ini. Pasalnya, wabah Covid-19 di Indonesia yang makin tak terkontrol memaksa sejumlah destinasi wisata ditutup.
Imbasnya, sejumlah warga dan pengusaha yang membuka lapak jualan di sekitar objek wisata ikut terdampak, bahkan harus kehilangan pendapatan besar pada momen Lebaran seperti ini.
"Tahun lalu [Lebaran 2019] kawasan rumah saya sampai penuh sesak. Rumah saya, yang juga sebagiannya toko, sampai dipadati wisatawan. Namun di tahun ini warga sengaja menutup lapaknya karena tiak ada wisatawan," ungkap Rudi, ditemui SuaraJogja.id di toko cendera mata miliknya, Senin (25/5/2020).
Rudi Tayan merupakan satu dari sejumlah pengusaha yang menjual cendera mata berupa kaus lukis dan kanvas lukis di Kampung Taman, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Pria yang selama 23 tahun berkecimpung di dunia seni rupa ini kecewa lantaran tak banyak wisatawan datang pada Lebaran ini.
"Yang pertama memang jelas karena wabah Covid-19, seluruh perekonomian di kampung kami lumpuh, bahkan pedagang menutup lapaknya masing-masing agar terhindar dari virus. Selain itu, momen libur Hari Raya Idul Fitri merupakan waktu yang baik untuk meraup untung. Sayang karena corona, kami tidak bisa menikmati itu," kata dia.
Kampung Taman, atau yang lebih dikenal dengan Kampung Cyber, berdekatan dengan destinasi wisata situs Tamansari. Hampir tiap hari situs milik Keraton Yogyakarta itu tak pernah sepi pengunjung. Bahkan ketika libur Lebaran, seluruh ruas jalan kampung dipadati wisatawan.
"Selain melukis kaus dan kanvas, saya juga menjual minuman untuk wisatawan, sehingga pendapatan dari makanan ini sebagai penopang hidup setiap hari. Lukisan tetap saya jual kepada wisatawan yang datang," jelas dia.
Rudi mengaku, meski sudah berkecimpung di dunia seni lukis puluhan tahun, dirinya baru memulai bisnis kaus dan kanvas lukis sekitar 2015 silam. Lukisan yang dia buat mendapat apresiasi pengunjung, terutama wisatawan dari luar negeri.
Baca Juga: Ryan Giggs: Manchester United Masih Butuh 5 Pemain Baru
"Wisatawan di Tamansari memang kebanyakan dari Malaysia, China, Jepang, sampai Thailand. Sebelumnya pelanggan saya dari Jepang akan berkunjung ke sini. Dia sudah memesan kanvas lukis senilai total Rp9 juta. Kami sudah janjian pada Maret lalu, tapi karena ada wabah ini, dia urung berkunjung ke Indonesia," katanya.
Berbicara soal pendapatan dari usaha lukisnya, Rudi bisa meraup Rp600-700 ribu setiap hari. Ketika momen libur panjang seperti Lebaran, ia bisa mengantongi Rp1 juta lebih.
"Jadi dari usaha lukis ini saya kumpulkan untuk kebutuhan ke depan. Hasilnya saya tabung untuk keperluan yang lebih penting. Karena corona seperti ini akhirnya tidak ada pemasukan yang stabil. Mau tidak mau kami bertahan dengan tabungan yang telah kami siapkan sebelumnya," kata pria lulusan Seni Rupa Universitas Taman Siswa Yogyakarta itu.
Bersamaan dengan Rudi, seorang tour guide Wisata Tamansari, Bambang Wijanarko (50), mengaku tak banyak mendapat pemasukan dari aktivitasnya. Di samping tidak ada pengunjung, ia juga takut terhadap penularan virus corona.
"Sebenarnya wisatawan yang datang itu kan bisa dari zona merah. Karena takut menular, saya memberi pengertian agar mereka tidak masuk. Namun setelah ditutup [objek wisata] pada 14 Mei lalu, saya merasa aman, tapi karena aman, pendapatannya malah berkurang," kata ayah dua anak itu.
Baik Rudi dan Bambang berharap, pandemi Covid-19 seceepatnya hilang. Selama hampir tiga bulan tak ada pemasukan yang mereka dapatkan. Mereka hanya memanfaatkan tabungan serta donasi yang ada.
Berita Terkait
-
Alasan Silaturahmi, Pengendara yang Hendak Masuk DIY Diminta Putar Balik
-
Tak Ada Arak-arakan Gunungan, Keraton Jogja Bagikan Ubarampe ke Abdi Dalem
-
Kini Sepi, Kontrasnya Potret Lebaran 2019 dan 2020 di Alun-Alun Utara Jogja
-
Tradisi Lebaran Berbeda, Kalimatur: Kesehatan Paling Penting
-
Penetapan Perpu No. 1 2020 Menjadi UU, Apa Peran Pemerintah Daerah?
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik