Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 04 Juni 2020 | 13:49 WIB
Suasana Pantai Parangtritis Rabu (3/6/2020). [Suarajogja.id / Mutiara Rizka]

SuaraJogja.id - Merebaknya virus corona membuat berbagai objek wisata di Kabupaten Bantul tidak beroperasi. Salah satunya adalah Pantai Parangtritis yang biasanya menerima seribu tamu dalam satu hari, kini harus kehilangan seluruh pengunjungnya. 

Selama tiga bulan penutupan objek wisata, para pelaku usaha di kawasan pantai laut selatan tersebut tidak memiliki penghasilan sama sekali. 

Salah satu yang turut terdampak yakni Warti, seorang pengusaha warung makan di Pantai Parangtritis. KArena tak membuka usahanya selama wabah, ia sama sekali tidak mendapatkan penghasilan.

Warti juga merugi lantaran tidak sedikit barang dagangannya kadaluwarsa. Ia menyebutkan, mie instan dalam cup yang sedianya dijual untuk persediaan bulan Maret dan April banyak yang kadaluwarsa.

Baca Juga: Perpanjang Lagi PSBB, Anies: 50 Persen Karyawan Kantor Tetap WFH

"Ya akhirnya saya makan sendiri, kalau ada temen atau orang yang mau ya saya kasihkan saja," kata Warti Rabu (3/6/2020).

Warti mengatakan, ada dua hingga tiga kardus mie instan yang harus ia habiskan sebelum kadaluarsa. Meski saat ini Warti sudah kembali berjualan, seringkali dalam sehari ia sama sekali tidak mendapatkan pemasukan.

Pada di hari biasa, dalam sehari ia bisa mendapatkan uang paling sedikit Rp 100 ribu. Namun kini, paling banyak dalam sehari dia hanya bisa mendapatkan Rp 15 ribu saja.

Suami Warti, Samad yang berprofesi sebagai kuli proyek juga mengeluhkan tidak ada pekerjaan selama pandemi. Meski hidup pas-pasan, ia mengaku rela tidak menabung asal bisa menyekolahkan anaknya.

"Biarpun saya hidup pas-pasan tapi kalau bisa nyekolahkan anak itu saya bangga," ujar Samad. 

Baca Juga: PSBB Diperpanjang, Anies: Belajar Mengajar di Sekolah Belum Boleh

Tiga bulan tanpa penghasilan terasa berat bagi Samad, terlebih saat ini putrinya duduk dibangku kuliah. Selain itu, modal awal untuk membuka warung yang ia pinjam dari Bank juga belum lunas. 

Menurut penututran Warti dan Samad, saat ini sudah mulai ada pengunjung. Meski begitu, tidak banyak orang yang membeli dagangan mereka. Menyambut kenormalan baru, Warti sudah memasang tempat cuci tangan di depan kedainya. Ia juga bersiap berdagang dengan bentuk kenormalan baru. 

Warga dan pengelola usaha di sekitar juga bergotong royong secara swadaya untuk melakukan penyemprotan desinfektan secara rutin setiap dua minggu sekali.

Tidak jauh berbeda dengan Warti, Wahyo yang merupakan penjaga parkir di Pantai Parangtritis mengaku saat ini kondisi keuangannya berada dalam fade kritis. Ia yang sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir dan kusir bendi tidak menerima penghasilan selama tiga bulan. 

"Ngurus kuda itu ya susah, setidaknya dalam sehari itu keluar uang Rp 35 ribu," kata Wahyo. 

Serupa seperti Warti, Wahyo juga mulai bekerja di pantai kembali sejak awal Juni. Ia menyebutkan, beberapa kendaraan dengan plat luar daerah biasanya hanya melintas sambil melihat, tanpa berkunjung ke kawasan pantai. 

Ia menyebut, seringkali patroli oleh pihak Kepolisian maupun Satpol PP yang membubarkan pengunjung maupun pedagang.

Meski kesulitan secara ekonomi, namun Wahyo mengaku tetap mengikuti kebijakan dari pemerintah demi kebaikan bersama. Ia meyakini bahwa tempat pariwisata akan dibuka kembali. 

Load More