Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Muhammad Ilham Baktora
Senin, 29 Juni 2020 | 20:28 WIB
Ilustrasi rohaniawan memberi motivasi (Unsplash/NCI)

Dumono akhirnya memberitahu kepada perawat musabab pasien tersebut tak kunjung sembuh. Selama tiga hari, obat tersebut disembunyikan pasien.

"Akhirnya perawat mengecek kolong tempat tidurnya dan menemukan banyak obat. Perawat mengambil langkah dengan disuntik dan pasien baru mau mengikuti anjuran perawat. Tidak lama, ketika hari itu juga suhu panas pasien turun," jelas pria yang juga sebagai dosen di FKKMK UGM ini.

Kehadiran rohaniawan tak sekedar mengajak kepada pasien untuk berdoa dan termotivasi untuk bisa sembuh. Namun pendekatan kepada pasien juga diperlukan agar mereka nyaman dan tenang dengan keadaannya.

Hal lain dikisahkan Uyun Subari (48), rohaniawan muslim yang sudah empat tahun berada di Pelayanan Rohani RSUP dr Sardjito, sempat takut menghadapi pasien yang berada pada sakaratul maut.

Baca Juga: Pasien Corona Jalan Kaki dari RS Sardjito Setelah Sembuh, Disambut Selawat

"Saya sebelumnya bekerja sebagai staff pelayanan jantung. Saya tidak tega melihat orang-orang terutama keluarga saat salah satu ayah atau ibunya mengahadapi sakaratul maut. Saya dulu belum mau menjadi rohaniawan. Namun setelah melihat bahwa ini pekerjaan mulia dimana pekerjaan dunia dan akhirat bisa didapatkan di sini akhirnya saya terjun dan menikmati," kata Uyun.

Seorang rohaniawan muslim, Uyun Subari saat diwawancarai wartawan di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Senin (29/6/2020). [Suarajogja.id / Baktora]

Pria lulusan S1 UIN Sunan Kalijaga ini mengetahui bahwa pasien yang menghadapi akhir perjalanan kehidupan di dunia perlu dibimbing untuk mengucap kalimat syahadat bagi yang berkeyakinan muslim.

"Kami juga mengajak keluarga yang mungkin berada di sekitar pasien untuk berkumpul. Saya ajak untuk bisa ikhlas dan sabar, sembari membimbing pasien untuk kembali mengingat Tuhan. Jika dia muslim kami bimbing untuk mengucap dua kalimat syahadat," kata dia.

Uyun juga pernah menemukan pasien yang selama hidupnya tidak pernah mengaji dan sholat, padahal ia seorang muslim. Namun, karena sakit yang diderita, pasien meminta untuk dibimbing melaksanakan lagi sholat dan mengaji 

"Hal ini sering kami temukan, bahkan mereka cukup senang ketika di datangi dan diajak doa bersama-sama seperti ini. Karena mereka akui lebih tenang," jelasnya.

Baca Juga: Bank Mantap Salurkan 1.000 APD ke RS Hasan Sadikin Bandung

Ditengah pandemi Covid-19, para rohaniawan, baik dari Muslim, Nasrani, katolik, Budha dan Hindu harus menggunakan APD lengkap berseragam hazmat. Terlebih saat menghadapi pasien yang positif Covid-19.

"Tentu kami ikut menggunakan pelindung lengkap. Tak hanya itu kami juga membantu untuk memandikan dan merukti jenazah yang positif Covid-19 sesuai SOP RS setempat," terangnya.

Untuk memandikan jenazah pasien Covid-19, pihak rumah sakit menggunakan metode yang berbeda. Tidak dimandikan sebagai mana umumnya, melainkan dengan diusap dengan kain basah.

"Ada tahapan sesuai SOP yang ada. Anggota pelayan rohani juga ikut mendoakan pasien dan juga menyolati," kata Uyun.

Hingga kini, Dumono menyebut,  ada 20 orang Rohaniawan di RSUP Dr Sardjito. Dari jumlah tersebut, terdiri dari 15 rohaniawan muslim, dua rohaniwan Katolik, serta rohaniawan Nasrani, Budha dan Hindu masing-masing 1 orang.

Dumono yang juga Kepala Pelayanan Rohani RSUP Dr Sardjito mengakui, kehadiran rohaniawan sangat diperlukan. Tidak hanya pasien, dokter dan perawat juga merasa ringan dengan kehadiran mereka.

"Jadi kami disini saling melengkapi dan membantu. Bagi pasien kami berusaha mereka yang sakit bisa tetap ingat kepada Tuhan dengan bimbingan masing-masing rohaniawan. Sementara dokter dan perawat kami bisa membantu agar pasien bisa lebih nyaman dan mengikuti anjuran dokter untuk bisa sembuh," katanya.

Load More