SuaraJogja.id - Sistem pendidikan Indonesia yang kental dengan penyeragaman memunculkan keresahan akan terhambatnya daya kreativitas yang penting untuk menjawab beraneka permasalahan di masyarakat.
Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Dr. Samto, mengatakan pendidikan harusnya memicu individu untuk mengenali dirinya sendiri dan memahami realitas.
Pernyataan tersebut disampaikan pada Samto pada Kongres Kebudayaan Desa yang digelar melalui webinar, berpusat di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/7/2020), menyoroti paradigma pendidikan urban terkait pendidikan yang membebaskan.
Samto menyoal bagaimana pendidikan urban yang dikenal selama ini telah menyeragamkan peserta didik, termasuk apa yang harus dipelajari. Padahal, tiap individu akan memiliki permasalahan yang berbeda.
Baca Juga: Akankah Perekonomian Membaik di Era New Normal?
Pendidikan urban, di mana sistem ini cenderung memberikan hal yang sama, disebutkan dapat menumpulkan kreativitas. Sebab, kreativitas datang dari pikiran yang merdeka.
Alih-alih menerapkan pendidikan yang menyeragamkan, Samto mengatakan pembelajaran kontekstual merupakan langkah yang lebih tepat untuk menyiapkan peserta didik menjawab tantangan kehidupan.
"Pembelajaran kontekstual mengajak masyarakat memahami dirinya dan apa yang ada di sekitarnya," ujar Samto.
"Misalkan masyarakat Wonogiri dengan desa yang tandus, harus belajar bagaimana terkait pengairan yang desa yang efisien," sambungnya.
Pendidikan yang membebaskan juga harus membuat peserta didik memahami permasalahan yang ada di sekitarnya. Sehingga memicu untuk berpikir kritis hingga nantinya memecahkan masalah tersebut.
Untuk menjawab beragam tantangan kehidupan, Samto menyebut tidak bisa hanya mengandalkan kompetensi akademik. Tetapi juga membutuhkan kompetensi komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan kreativitas.
Baca Juga: IBF 2020 : Pola Konsumsi dan Perilaku Pasar Tak Berubah Pasca Pandemi
Sekadar informasi, webinar seri 3 Kongres Kebudayaan Desa yang digelar pada Kamis (2/7) berupaya mengulik pemasalahan pendidikan dan menawarkan pendidikan alternatif. Mulai dari bagaimana cara memulai pendidikan yang membabaskan dari tataran desa.
Hingga apa saja syarat yang dibutuhkan untuk membangun pendidikan yang mendukung nilai-nilai luhur, seperti kejujuran dan budaya anti korupsi. Karena, pendidikan butuh peran aktif orangtua dan masyarakat. Mereka tidak bisa sekadar menitipkan anaknya di sekolah lalu lepas tangan.
Berita Terkait
-
Jembatan Penghubung Dunia Pendidikan dan Politik
-
Merdeka Belajar sebelum Merdeka: Politik Pendidikan ala Tamansiswa
-
Pendidikan Mentereng Ryan Adriandhy, Genius di Balik Film Animasi Jumbo
-
Pendidikan Valentinus Resa, Host Berita Metro TV yang Viral dengan Gaya Satire
-
Sekolah adalah Hak Asasi, Namun Masih Menjadi Impian bagi Banyak Anak
Tag
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Sudah Dibuka? Simak Syarat dan Kualifikasinya
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Peringatan Dini BMKG Terbukti, Sleman Porak Poranda Diterjang Angin Kencang
-
Sultan HB X Angkat Bicara, Polemik Penggusuran Warga Lempuyangan Dibawa ke Keraton
-
Konten Kreator TikTok Tantang Leluhur Demi Viral? Keraton Yogyakarta Meradang
-
'Saya Hidupkan Semua!' Wali Kota Jogja Kerahkan 10 Mesin untuk Tangani 300 Ton Sampah Per Hari
-
Curhat Petani Gulurejo, Ladang Terendam, Harapan Pupus Akibat Sungai Mendangkal