Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Fitri Asta Pramesti
Jum'at, 03 Juli 2020 | 12:38 WIB
Lian Gogali dari Institut Mosintuwu

SuaraJogja.id - Selama ini Poso dikenal sebagai wilayah penuh konflik dengan serentetan operasi ketertiban yang dilancarkan dari tahun ke tahun.

Melalui Kongres Kebudayaan Desa, Lian Gogali dari Institut Mosintuwu mengatakan wajah kota ini tak selalu seperti apa yang digaung-gaungkan saat ini, jauh dari aman dan tertib.

Menurut Lian, banyak warga Poso yang justru menjaga keamanan dan ketertiban dengan mengamalkan toleransi antar umat beragama. Salah satunya, warga Malitu yang memiliki tradisi menanam bersama bagi warga kristen dan muslim.

Ada cerita menarik dari warga Malitu, di mana saat itu sebuah konflik tengah meletus dan mengancam para muslim. Karenanya, warga kristen di desa ini pun langsung menyiapkan skenario pengungsian bagi para tetangganya yang muslim.

Baca Juga: Olah Tubuh, Melembagakan Olahraga Desa untuk Mencapai Kesehatan Masyarakat

"Warga kristen menyiapkan truk untuk mengangkut para orang muslim ke tempat pengungsian di atas bukit. Begitu konflik mereda, warga muslim pun kembali ke desa itu lagi," ujar Lian, Kamis (3/7/2020).

Peran masyarakat Poso dalam menciptakan rasa aman juga terlihat dari trasidi Mosango yang dilakukan oleh warga Danau Poso. Dengan ide utama membagi rejeki di air, tradisi ini menjadi simbol kebersamaan untuk memupuk keamanan dan keteriban.

Pandemi virus corona juga bukan menjadi halangan bagi masyarakat Poso untuk bahu-membahu membangun ketahanan demi terciptanya rasa aman.

Lian menyebut, sebagian besar desa-desa telah menginisiasi pendirian pos-pos yang disebut dengan posko keamanan, yang menjadi wadah bagi warga untuk berkumpul guna menciptakan situasi kondusif di dalam desa.

"Para pemangku adat dari berbagai agama, pemuda, warga-warga saling berdiskusi untuk menyiapkan kebutuhan selama pandemi seperti membuat tempat karantina," katanya.

Baca Juga: New Normal, Nilai Pancasila Bisa Jadi Acuan Keadilan Perekonomian Desa

Belajar dari wabah Flu Spanyol yang pernah melanda Poso, sambung Lian, masyarakat juga mulai April lalu telah menciptakan program kebun bersama untuk menghindari krisis kelaparan muncul akibat pandemi virus corona.

"Poso yang dipikirkan orang-orang adalah kawasan yang perlu diamankan dan ditertibkan melalui operasi keamanan," kata Lian menyoal upaya negara dalam menghadirkan keamanan dan ketertiban di kota ini.

Dari situ, menurut Lian, terlihat bahwa negara seolah-olah tak percaya bahwa masyarakat memiliki kemampuan problem solving.

Ia menyarankan, sudah saatnya negara mulai memberikan kepercayaan kepada desa untuk mengelola mekanisme keamanan dan ketertiban. Sebab, masyarakatlah yang paling tahu tentang apa yang ada di sekitarnya.

"Karena masyarakat paling mengetahui basis informasi terkait apa yang ada di lingkungannya. Kekuatan desa harus dikembalikan, dan untuk itu negara harus hadir untuk memfasilitasi," tandasnya.

Sekadar informasi, webinar Seri 5 mencoba menjelajahi ide-ide terkait isu pemenuhan rasa aman dan nyaman bagi warga desa. Baik untuk bekerja menghidupi keluarga, maupun untuk menjalankan aktivitas sehari-hari di masa tatanan Indonesia baru.

Mulai bagaimana menghadirkan rasa aman di tengah masyarakat, hingga program penguatan keamanan dan ketertiban dalam situasi yang menuntut adanya kebiasan baru di tengah masyarakat.

Load More