SuaraJogja.id - Enterpreneur Singgih Kartono menyebut desa memegang peranan penting dalam kedaulatan pangan. Menurutnya, ada berbagai cara inovatif yang bisa dilakukan.
Singgih Kartono yang juga dikenal sebagai desainer produk SPEDAGI sekaligus penggagas Desa Papringan menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 74.954 desa dengan berbagai potensinya yang luar biasa. Namun, seiring berjalannya waktu, desa mengalami degradasi akibat pola pendidikan kontekstual yang kemudian berpengaruh terhadap sektor pangan.
Menurut Singgih Kartono, Indonesia dan sejumlah negara lain secara umum memiliki struktur perekonomian balon udara. Desa dianggap ringan dan membantu perekonomian di kota.
"Ini sangat tidak stabil. Iki ora bener! Seharusnya struktur ini dibalik, dari balon udara menjadi gunung. Di mana desa ini seharusnya menjadi pondasi dari sebuah kehidupan, dari struktur kehidupan maupun bernegara," kata dia dalam Webinar Seri 7 Kongres Kebudayaan Desa, Sabtu (4/7/2020).
Baca Juga: Perempuan Punya Peran Strategis Wujudkan Gerakan Anti Korupsi di Masyarakat
Singgih lalu mengatakan, desa tak hanya melulu berkaitan dengan romantisme. Masih adanya sejumlah masalah yang harus dihadapi berkaitan dengan industrialisasi.
Industrialisasi disebut telah menyedot sumber daya manusia di desa. Banyak sekali anak muda pergi ke kota untuk mencari pekerjaan dan pendidikan. Namun, sebenarnya kurikulum ini tidak sesuai dengan apa yang ada di kampung halaman mereka.
Hal tersebut kemudian mendorong Singgih Kartono membuka lapangan pekerjaan di desa dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal, mulai dari pangan, lahan, dan masih banyak potensi lainnya.
"Sebenarnya kita harus melakukan istilahnya 'Mletik Pager', melompati era industri yang merugikan di mana semuanya ditransaksikan. Sekarang harusnya Go Help alias tulung tinulung melompat ke era post industri," ujarnya.
Salah satu wujud 'Mletik Pager' ditunjukkan lewat Pasar Papringan Spedagi yang diprakarsai oleh Singgih. Dirinya bersama warga desa Papringan, Temanggung, Jawa Tengah, berhasil menyulap lahan kotor yang sempat terabaikan menjadi tempat untuk mengangkat potensi pangan lokal.
Baca Juga: LIVE STREAMING: Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
"Pangan yang sehat ini sebenarnya muncul dari lokal. Jadi nggak ada yang namanya makanan tercampur kimia, karena di sana nggak ada bahan pangan dari proses pabrik, semuanya organik. Dan tentu saja ada edukasi kepada masyarakat desa," papar Singgih.
Berita Terkait
-
Becermin dari Tangisan Bawang Putih: Pangan Lokal, Pangan yang Berdaulat
-
Terima Kasih Pak Jokowi: Pernah Ingatkan Ancaman Krisis Pangan, tapi...
-
PBB Kecam Israel: Serangan Terhadap Petani Palestina Ancam Kedaulatan Pangan dan Hak Asasi
-
IKN Terancam Krisis Pangan, Pasokan Masih Impor dari Jawa dan Sulawesi
-
YKBBI Bersinergi dengan Pemerintah Daerah untuk Songsong Kedaulatan Pangan
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
Terkini
-
Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy M15 5G
-
Membuka Mata tentang Pendidikan Inklusif Lewat Film 'Bird of a Different Feather'
-
Tragis, Kakek Asal Bantul Tewas Dihantam Mobil Saat Menyeberang Ring Road Selatan
-
Takaran Tera Tak Sesuai, Empat SPBU di Jogja Ditutup
-
Logistik Pilkada Sleman sudah Siap, Distribusi Aman Antisipasi Hujan Ekstrem