SuaraJogja.id - Kembali munculnya kasus baru positif Covid-19 di Kulon Progo mendorong Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kulonprogo menggelar test swab massal. Tes difokuskan untuk tenaga kesehatan (nakes) menyusul adanya temuan sejumlah nakes yang terkonfirmasi terpapar.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kulon Progo, Baning Rahayu Jati mengatakan sebanyak 40 nakes di puskesmas dan rumah sakit di wilayah Samigaluh dan Wates mengikuti test massal ini.
"Untuk hasilnya akan keluar dua sampai tiga ke depan," kata Baning seperti dikutip dari harianjogja.com, kemarin.
Test massal ini dilaksanakan secara bertahap mulai Rabu (8/7/2020) sampai dengan Agustus 2020 mendatang. Ditargetkan sebanyak 1.500 nakes, termasuk karyawan di puskesmas dan rumah sakit di Kulon Progo bisa mengikuti test ini.
Tujuan utama penyelengaraan test swab itu adalah untuk mengetahui kondisi tenaga kesehatan yang ada di Kulon Progo.
Baning menjelaskan, penyelenggaraan test swab menggunakan anggaran gabungan dari APBD Pemda DIY dan Pemkab Kulonprogo Untuk nominalnya, ia belum menjabarkan secara rinci.
"Belum kami hitung rupiahnya," imbuh Baning.
Sementara itu, menanggapi munculnya kasus baru positif Covid-19 di Kulon Progo, Bupati Kulon Progo Sutedjo mengaku prihatin. Apalagi Kulon Progo sempat dalam kondisi zero kasus dalam beberapa waktu terakhir.
"Padahal kita pernah mencicipi kekosongan kasus positif ya di Kulon Progo sendiri. Tapi hari Sabtu lalu malah ada penambahan tiga dan Selasa kemarin tambah dua. Jadi cukup prihatin kalau kondisi semacam ini," ujar Sutedjo.
Baca Juga: Banyak Guru Akan Pensiun, Moratorium CPNS Beratkan Kepsek di Kulon Progo
Ia pun menyerukan agar masyarakat bisa mematuhi protokol kesehatan. Sebab itu menjadi langkah yang harus dilakukan oleh setiap masyarakat, khususnya yang ada di Kulon Progo guna menjaga kondisi dan lingkungan dari sebaran Covid-19.
Meskipun pemerintah makin menyerukan wacana new normal, tapi Sutedjo tetap mengajak masyarakat untuk tidak mengendurkan pertahannya terhadap Covid-19. Menurutnya, selama vaksin atau obat penawarnya belum ditemukan, masyarakat harus tetap wajib menaati segala protokol kesehatan dengan baik.
"New normal itu kalau warganya sudah dengan kesadaran sendiri tanpa disuruh menaati protokol kesehatan. Namun kalau masih dipaksa, ya namanya masyarakat belum siap untuk new normal," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Ramai Klaim Penerus Tahta, Adik Paku Buwono XIII Ungkap Syarat jadi Raja Keraton Surakarta
-
Kenangan Masa Muda yang Tak Terlupakan: Adik PB XIII Ungkap Kebiasaan Unik Sang Raja
-
Masyarakat Antusias, Adik Paku Buwono XIII Sampaikan Terima Kasih Mendalam: Penghormatan Terakhir Sang Raja
-
Proyek PSEL DIY Dikritik, Akademisi Ingatkan Jangan Jadikan Proyek untuk Pelarian Darurat Sampah
-
Dompet Digitalmu Bisa Lebih Tebal: Trik Jitu Dapat Saldo DANA Kaget Setiap Hari