SuaraJogja.id - Penyerapan anggaran untuk penanganan pandemi COVID-19 di DIY sampai saat ini masih cukup rendah. Padahal, tiga sektor penting seperti kesehatan, Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan pemulihan ekonomi mendesak dilakukan.
"Untuk pertumbuhan ekonomi seharusnya terserap di atas 95 persen, bukannya 80 persen karena sisa waktu tinggal sampai akhir tahun. Dengan kondisi [pandemi COVID-19] semacam ini tidak mungkin ada investor. Mau investasi apa? Berarti pertumbuhan PDRD [produk domestik regional bruto] kan tergantung pada pertumbuhan APBD," ungkap Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (9/7/2020).
Berdasarkan data Bank Indonesia Cabang DIY, realisasi pertumbuhan PDRB DIY pada Triwulan I 2020 -0,17% (yoy). Angka tersebut jauh menurun dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,16% (yoy). Selain itu, kinerja perekonomian DIY juga lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional maupun Jawa secara agregat, yang tumbuh sebesar 2,97% (yoy) dan 3,42% (yoy).
Karena itu Sultan mendesak bupati/wali kota segera merealisasikan program kerja, terutama yang fokus pada penanganan pandemi COVID-19. Apalagi, saat ini sudah diketahui program mana saja yang sudah jalan atau justru sebaliknya berhenti karena terdampak pandemi.
Baca Juga: Piala Dunia U-20 di DIY Batal karena Merapi, Sultan: Duite Nggo Covid Wae
Realisasi ini sangat penting mengingat perekonomian di DIY harus segera dipulihkan. Apalagi, pandemi COVID-19 juga tidak diketahui kapan akan selesai.
"Karena penyakit [pandemi COVID-19] tidak berhenti maka kerja [kabupaten/kota] harus cepat. Kalau APBD tidak keluar dan masyarakat tidak belanja, saya khawatir bisa minus [pertumbuhan ekonomi]. Karenanya, kalau bisa target [pertumbuhan ekonomi] tetap plus biarpun rendah," tandasnya.
Pemulihan ekonomi diakui Sultan harus dilakukan secara bertahap, misalnya di sektor pariwisata, yang bisa membuka kawasan wisata dengan syarat mematuhi protokol kesehatan sesuai new normal.
"Semua tergantung potensi masing-masing kabupaten/kota," ujarnya.
Sementara, Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan DIY Heru Pudyo Nugroho mengungkapkan, berhenti atau ditundanya kegiatan pemerintahan sejak pandemi COVID-19 mengakibatkan terjadinya perlambatan kegiatan usaha pada akhir Maret 2020.
Baca Juga: Cerita Seteru Sri Sultan dan Mendiang Mbah Maridjan, Sang 'Penjaga' Merapi
Kondisi ini mengakibatkan penurunan penyerapan anggaran dalam negeri dan berdampak cukup signifikan pada pelaksanaan APBN, baik dari sisi penerimaan negara maupun pengeluaran/belanja negara.
Berita Terkait
-
241 Pekerja SKT Sampoerna Dapat BLT Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
-
Curhatan KPK Ngeluh Kesulitan Usut Kasus WC Sultan di Bekasi: Tersangka Meninggal hingga Toilet Raib
-
Mudik Lebaran 2025 di Sultan Hasanuddin: Jumlah Penumpang Stabil, Ini Alasannya!
-
Profil Sultan Palembang, Pemimpin Adat Tegas Haramkan Konten Willie Salim
-
Mengenal SMB IV, Sultan Palembang yang Tegas Mengharamkan Willie Salim Injak Kotanya Seumur Hidup
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
AS Soroti Mangga Dua Jadi Lokasi Sarang Barang Bajakan, Mendag: Nanti Kita Cek!
-
Kronologi Anggota Ormas Intimidasi dan Lakukan Pemerasan Pabrik di Langkat
-
Jantung Logistik RI Kacau Balau Gara-gara Pelindo
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
Terkini
-
Batik Tulis Indonesia Menembus Pasar Dunia Berkat BRI
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin