SuaraJogja.id - Pandemi virus corona menyebabkan adanya ruralisasi, menempatkan desa sebagai tempat kembali dan berlindung bagi mereka yang tak bisa bertahan lagi di kota.
Melalui Kongres Kebudayaan Desa, Tri Agus, staf pengajar di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa 'STPMD', mengatakan pola komunikasi dalam kepemimpinan memilki peran penting dalam membuat desa bertahan terhadap ruralisasi.
"Kalau desa bisa mengelola komunikasinya, sumber dayanya, maka desa bisa bertahan saat pandemi," ujar Agus, Kamis (10/7/2020).
Agus menekankan gaya kepemimpinan yang paling sesuai untuk menyiapkan desa menghadapi beragam krisis akibat pandemi adalah kepemimpinan inovatif-progresif yang ditandai dengan mengelola kekuasaan untuk kepentingan masyarakat banyak.
Baca Juga: Waspada! Ini 5 Klasifikasi Kegiatan yang Berisiko Tularkan Virus Corona
Tipe kepemimpinan ini membuka seluas-luasnya ruang partisipasi masyarakat, transparan dan akuntabel, yang diharapkan mampu mengajak masyarakat berprakarsa dan berpartisipasi membangun desa sebagai kekuatan ekonomi.
Dari sini, Agus kemudian menyebutkan pola komunikasi yang dipilih juga berfokus pada partisipasi warga.
Menurutnya, para pimpinan desa diharapkan menggunakan pola komunikasi kombinasi antara gaya komunikasi khas desa dan kekinian.
Kepala desa dalam hal ini merupakan influencer harus memadukan gaya komunikasi yang guyub dan kekinian yang menggunakan media sosial dan cepat tanggap. Pun masyarakat harus ikut berperan aktif dalam pola komunikasi ini.
"Warga desa dan para perangkatnya harus membangun komunikasi yang baik dengan menggabungkan komunikasi cara lama yang guyup dengan komunikasi yang baru yang berbasis teknologi," sambungnya.
Baca Juga: Jokowi ke Daerah yang Mau Terapkan New Normal: Hati-hati kalau Buka Sekolah
Sekedar informasi, webinar Kongres Kebudayaan Desa yang digelar pada Jumat (10/7/2020) berupaya mengumpulkan dan menawarkan ide tatanan baru Indonesia dari desa.
Berita Terkait
-
Dari "Ndasmu" ke "Kau yang Gelap": Mengapa Gaya Komunikasi Pemerintahan Prabowo Subianto Berbahaya?
-
Era Digital, Perusahaan Kian Membutuhkan SDM yang Mampu Berkomunikasi Secara Efektif
-
Menciptakan Kehidupan yang Harmonis dalam Buku Komunikasi Bebas Konflik
-
Selfie Bareng Gibran, Jejak Digital Jubir Kantor Komunikasi Kepresidenan Dikuliti: Tebak Isi Obrolannya
-
Medsos Bakal Dibatasi Berdasarkan Usia? Ini Rencana Kemkomdigi
Tag
Terpopuler
- Nyaris Adu Jotos di Acara TV, Beda Pendidikan Firdaus Oiwobo Vs Pitra Romadoni
- Indra Sjafri Gagal Total! PSSI: Dulu Pas Shin Tae-yong kan...
- Nikita Mirzani Tak Terima Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara: Masa Lebih Parah dari Suami Sandra Dewi
- Kini Jadi Terdakwa Kasus Pencemaran Nama Baik Hotman Paris, Iqlima Kim Dapat Ancaman
- Minta Maaf Beri Ulasan Buruk Bika Ambon Ci Mehong, Tasyi Athasyia: Harusnya Aku Gak Masukkan ke Kulkas
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Rp 6 Jutaan Terbaru Februari 2025, Kamera Andalan!
-
Pandu Sjahrir Makin Santer jadi Bos Danantara, Muliaman D Hadad Disingkirkan?
-
Alat Berat Sudah Parkir, Smelter Nikel PT GNI yang Diresmikan Jokowi Terancam Tutup Pabrik
-
Sah! OJK Cabut Izin Usaha Jiwasraya, Tak Singgung Nasib Nasabah
-
Jokowi Sentil Megawati Usai Larang Kepala Daerah PDIP Ikut Retreat
Terkini
-
Belum Dapat Instruksi ke Akmil Magelang, Sejumlah Kepala Daerah Kader PDIP Bertahan di Jogja
-
Ketum PP Muhammadiyah Sampaikan Lima Pesan untuk Para Kepala Daerah
-
PDIP Minta Kepala Daerah Tunda Hadiri Retreat di Magelang, Analis: Berpotensi Picu Konflik Internal
-
Sayangkan Band Sukatani Minta Maaf ke Polisi, Haris Azhar: Bukti Represi Kebebasan Berekspresi
-
Jengah Gelombang Aksi Massa Tak Dihiraukan Elit, Masyarakat Tradisi Jogja Gelar Teatrikal Budaya