Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Senin, 13 Juli 2020 | 13:22 WIB
SMKN 2 Jogja yang menggelar MPLS bagi 828 peserta didik baru, Senin (13/7/2020). - (SuaraJogja.id/Putu)

"Bisa jadi karena masalah jaringan atau keterbatasan lain. Kami akan cari tahu alasan mereka tidak ikut MPLS," jelasnya.

Secara terpisah, SMA Gotong Royong Yogyakarta juga menggelar MPLS daring. Namun, karena keterbatasan fasilitas dan sarana pendidikan, MPLS dilakukan hanya melalui Whatsapp Grup (WAG) sekolah dan peserta didik atau orang tua murid.

MPLS diikuti 17 siswa SMP dan SMA. Sebanyak empat di antaranya merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) slow learner.

Selain MPLS daring, sekolah juga memberikan bantuan sembako pada siswa. Sembako diberikan karena kebanyakan siswa dari sekolah tersebut berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi.

Baca Juga: Masuk Zona Merah, Boyolali Putuskan Siswa Tetap Belajar Dari Rumah

"Bagi siswa yang tidak bisa online karena tidak punya handphone, bisa datang ke sekolah untuk menanyakan informasi ke sekolah. Untuk yang sembako, sengaja kami berikan karena orang tua mereka sudah beli kuota untuk belajar daring, dan itu mengambil jatah beli beras. Makanya kami ganti dengan memberikan mereka sembako dari para donatur," ungkapnya.

Sementara, Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan Disdikpora DIY sekaligus Ketua Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DIY Didik Wardaya mengungkapkan, Disdikpora DIY memang masih mengharuskan MPLS dilakukan dengan model jarak jauh. Dalam surat edaran yang dikeluarkan, MPLS dilaksanakan daring atau semi-daring sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah.

"MPSL otomatis tidak ada [tatap muka]. Artinya, masa pengenalan lingkungan sekolah itu dilaksanakan dengan cara online dengan materi yang diberikan dengan cara online juga," ungkapnya.

Didik menambahkan, DIY masih menerapkan status tanggap darurat COVID-19 hingga 31 Juli 2020. Namun, pandemi ini belum diketahui kapan akan berakhir, sehingga berbagai antisipasi terus dilakukan Disdikpora DIY.

"Tampaknya sekolah harus banyak pertimbangan. Mungkin bisa sampai Oktober atau September akhir, pahit-pahitnya satu semester untuk pembelajaran daring. Semua sekolah sudah antisipasi itu," imbuhnya.

Baca Juga: Pemerintah Imbau Pihak Sekolah Tinjau Kembali Aturan Model Rambut Siswa

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More