SuaraJogja.id - Badai Covid-19 sangat berdampak besar bagi para pelaku usaha di wilayah Jogja, salah satunya yang terdampak yakni para perajin piala dan souvenir di sepanjang Jalan Mataram, Danurejan, Kota Yogyakarta.
Hal ini seperti yang dialami Januar. Pria yang menjadi desainer ini mengalihkan fungsi laser pemotong akrilik menjadi pemotong kain untuk dijadikan masker.
"Akhirnya kami memilih tetap bertahan bagaimanpun caranya. Jelas permintaan untuk plakat, piala hingga souvenir sangat turun drastis. Bahkan sehari tidak ada sama sekali. Sehingga kami memotong kain untuk dijadikan masker menggunakan alat yang kami miliki," keluhnya ditemui SuaraJogja.id di lokasi usahanya, Rabu (15/7/2020).
Januar menjelaskan potongan kain masker itu mereka jual sendiri. Dirinya juga memahami bahwa persaingan menjual masker sangat besar, sehingga kecil kemungkinan mendapat hasil melimpah dari masker-masker itu.
"Memang jauh, strategi jualan kami adakah piala dan plakat lalu berubah jadi masker. Tapi alhamdulilah hasilnya masih ada, meski tidak cukup setidaknya ada pemasukan sedikit. Selain itu kami sengaja menggunakan alat pemotong agar terpakai dan tidak rusak karena dibiarkan terlalu lama," terang dia.
Permintaan pembuatan souvenir biasanya ramai oleh mahasiswa yang selesai melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Januar menyebut saat masuk bulan Juli-Agustus dirinya bisa kebanjiran orederan. Bahkan sampai menggandeng jasa pemotong lain untuk mengerjakan permintan konsumen.
"Biasanya sehari pasti ada dua sampai tiga permintaan, tapi itu tahun lalu. Tahun ini bahkan seminggu baru satu permintaan," keluh dia.
Satu souvenir berbahan kayu, dihargai sekitar Rp40-65 ribu. Sementara akrilik bisa mencapai Rp50-70 ribu.
"Bahan marmer kami patok seharga Rp40-70 ribu. Jika ada permintaan dengan kuningan, harganya sampai Rp500 ribu," ucap pria 28 tahun ini.
Baca Juga: Sekolah di Jogja Dilarang Wajibkan Siswa Beli Seragam, Begini Kata Disdik
Pengusaha lainnya di Jalan Mataram, Eko Budi (45) menjelaskan bahwa dirinya jarang membuka toko. Pasalnya belum tentu sehari di buka ada pelanggan yang datang.
"Akhirnya menggunakan sisa uang tabungan jika untuk bertahan hidup. Sehari saja belum tentu konsumen datang. Seperi pekan lalu saya malah tidak dapat orderan satupun," ujar Eko.
Baik Januar dan Eko tak menampik bahwa banyak hal yang bisa dikerjakan meski pendemi memukul pendapatannya hingga 70 persen. Kendati demikian pihaknya berharap kondisi ini bisa segera berlalu.
"Tentu kami akan berusaha untuk tetap menghasilkan. Salah satu cara ya menjajakan barang lain. Harapannya Covid-19 segera berakhir," kata Januar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik