Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 25 Juli 2020 | 12:05 WIB
(muhammadiyah.or.id)

SuaraJogja.id - Sosok KH.Ahmad Dahlan jamak diketahui sebagai pendiri perguruan Muhammadiyah yang kini menjelma jadi salah satu organisasi masyarakat terbesar di Indonesia.

Lelaki yang pada 1903 sempat menetap di Mekkah selama dua tahun itu, menikah dengan Siti Walidah dan dikaruniai enam anak. Keenam anak Ahmad Dahlan dan Siti Walidah yaitu adalah Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah dan Siti Zaharah.

Selanjutnya, pada 18 November 1912, Ahmad Dahlan mulai mendirikan Muhammadiyah di Kauman, Kota Yogyakarta. Sembari mulai menyebarkan Muhammadiyah ke berbagai daerah lainnya.

Cicit Ahmad Dahlan, Widyastuti mengungkapkan kisah pengorbanan Ahmad Dahlan bisa ditarik benang merah menjadi refleksi ibadah umat muslim dalam menyambut Iduladha.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jogja Hari Ini, Sabtu 25 Juli 2020

Wiwid, panggilannya, tak lain adalah anak dari Siti Hadiroh. Siti Hadiroh sendiri adalah anak dari Siti Busryo, salah satu anak dari mendiang Ahmad Dahlan.

"Pengorbanan yang menjadi prinsip dakwah beliau, kalau bahasa orang sekarang itu istilahnya wani nggetih. Kalau belum terkapar, beliau akan terus bergerak dan beribadah," ujarnya, kala dihubungi SuaraJogja.id, Sabtu (25/7/2020).

Dalam berdakwah islamiyah, Ahmad Dahlan tak hanya berkorban waktu, melainkan juga tenaga dan harta.

Lelaki yang biografinya pernah dibuat film 'Sang Pencerah' itu, memiliki istri yang paham dengan sepak terjangnya. Bahkan menanamkan nilai-nilai positif dalam diri Ahmad Dahlan, kepada anak-anaknya.

"Kami juga menjalankan nilai-nilai positif dari beliau, baik itu kesukaan dengan silaturahim, hingga menjaga nilai-nilai kemuhammadiyahan," tutur Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan di PP Aisyiyah itu.

Baca Juga: Diduga Termakan Usia, Kanopi Atap GraPARI Telkomsel Jogja Ambrol

Kentongan Sebagai Alat Dakwah

Di kampungnya, Kauman, Ahmad Dahlan punya sederet cara unik dalam berdakwah. Misalnya saja lewat media kentongan.

Ahmad Dahlan menyadari fungsi kentongan dalam kehidupan sehari-hari di kampung. Bila biasanya kentongan dibunyikan saat ada kondisi darurat, Ahmad Dahlan menggunakannya untuk mengumpulkan derma para saudagar dan pengusaha batik setempat untuk membantunya berdakwah. Dari sana, terbangun gotong-royong antarpedagang dalam berdakwah.

"Jadi orang Kauman jadi tahu kalau ada bunyi kentongan, berarti kiai sedang butuh uang," ujarnya.

Kesukaan Ahmad Dahlan atas silaturahim juga membuatnya teramat senang bila ada orang yang bertamu ke rumahnya.

"Bahkan kalau tidak ada yang bertamu, beliau itu rela jalan kaki ke stasiun, untuk mencari musafir. Kemudian meminta agar musafir itu mampir dan istirahat di rumahnya, bila mereka belum ada tempat beristirahat," kata dia.

Wiwid menuturkan, Iduladha 2020 memberikan refleksi khusus bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang diuji kebersamaan dan gotong-royongnya. Kita semua sedang diuji sebesar apa kepeduliannya terhadap bangsa.

"Semangat Ahmad Dahlan bisa ditiru, dalam menekan ego dan mementingkan kepentingan bangsa," ucapnya.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More