SuaraJogja.id - Pandemi COVID-19 berdampak besar pada perekonomian DIY. Bahkan pada triwulan pertama 2020, justru anjlok dan menjadi yang terendah di Jawa.
“Kontraksi yang cukup dalam terjadi pada kinerja investasi. Kondisi pandemi ini juga memberikan tekanan yang luar biasa pada konsumsi rumah tangga. Selain itu, ketimpangan di daerah perkotaan meningkat signifikan, sedangkan ketimpangan di pedesaan relatif stabil,” papar Kepala Bappeda DIY, Budi Wibowo di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (28/07/2020).
Padahal sejak 2017, menurut Budi pertumbuhan ekonomi di DIY selalu di atas rata-rata nasional. Pada 2019 lalu, pertumbuhan ekonomi DIY bahkan sempat menjadi yang tertinggi se-Jawa.
Namun sejak pandemi, tingkat kemiskinan di DIY justru meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, per Maret 2020 tingkat kemiskinan naik menjadi 12,28 persen dibandingkan September 2019 sebesar 11,44 persen.
Pada Maret 2020, jumlah penduduk miskin di DIY sebanyak 475.720 jiwa. Jumlah ini meningkat 34.800 dibandingkan September 2019 sebanyak 440.890 jiwa. Garis kemiskinan DIY juga meningkat jadi Rp 463.479 dari kondisi September 2019 sebesar Rp 449.485 per kapita per bulan.
"Peningkatan kemiskinan ini juga karena pandemi yang menyebabkan terjadinya perlambatan perekonomian DIY. Angka kemiskinan ini masih lebih tinggi dari rerata nasional dan berada di peringkat kesebelas tertinggi dalam skala nasional," tandasnya.
Budi menambahkan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di DIY juga meningkat 3,338 persen per Februari 2020. Angka ini naik 0,52 persen diba dibandingkan TPT Februari 2019 sebesar 2,86 persen.
TPT tertinggi adalah lulusan tingkat perguruan tinggi (PT)dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. Ada penawaran kerja yang tidak terserap, terutama pada tingkat pendidikan tinggi dan SMK.
Sementara Sekda DIY, Baskara Aji mengungkapkan, dalam rangka untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di DIY, satu-satunya yang memiliki pengaruh ialah belanja pemerintah. Karenanya Pemda DIY memfokuskan diri pada Bantuan Tak Terduga (BTT) yang kemudian dipercepat.
Baca Juga: Ada Ratusan Ribu Mahasiswa, DIY Bakal Perpanjang Status Tanggap Darurat
“Jadi tidak ada alasan bagi kami untuk tidak melakukan pembelanjaan. Apalagi saat ini sudah jelas mana yang boleh dan tidak boleh dibelanjakan,” ungkapnya.
Aji mengakui, kinerja keuangan DIY telat dibandingkan fisiknya. Namun nilai nominalnya kecil karena tidak ada pekerjaan fisik. Karenanya Pemda mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan belanja pemerintah.
"Supaya perekonomian di DIY tidak kontraksi [maka] segera dibelanjakan karena hampir satu-satunya yang bisa mengurangi kontraksi adalah belanja pemerintah. Sudah jelas mana yg tidak boleh, mana yang refocusing dan tidak," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik