SuaraJogja.id - Menjelang musim kemarau, yang diprediksi akan datang pada Agustus nanti, BPBD Bantul mengimbau masyarakat yang berada di daerah rawan kekeringan untuk menyiapkan tandon air.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto mengatakan, persiapan tandon air itu guna meminimalisasi penyebaran Covid-19 di masyarakat. Nantinya, tandon itu akan digunakan masyarakat sebagai salah satu titik pengambilan dropping air bersih dari BPBD Bantul bagi wilayah yang terdampak kekeringan.
"Masyarakat diminta menyiapkan tandon air karena saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19, sehingga tidak memungkinkan untuk langsung dropping air rumah ke rumah, tapi dropping di satu tempat agar lebih mudah dan meminimalisasi penyebaran Covid-19," ujar Dwi kepada SuaraJogja.id, Rabu (29/7/2020).
Dwi menuturkan, meskipun persiapan dropping air bersih dari BPBD Bantul sudah dipersiapkan, tapi hingga saat ini masih hanya ada satu desa yang meminta. Sejauh ini desa yang mulai terdampak kekeringan dan meminta dropping air bersih adalah Desa Wukirsari, tepatnya di Dusun Nogosari.
Dikatakan Dwi bahwa pihaknya juga telah membuat peta terkait potensi wilayah di Bantul yang rawan kekeringan. Peta itu dibuat berdasarkan hasil dari informasi yang didapat dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY.
"Kalau prediksi dari BMKG kemarau ini baru akan memasuki puncaknya bulan Agustus mendatang," ungkapnya.
Lebih lanjut, Dwi menerangkan bahwa jika nantinya prediksi tersebut tidak meleset jauh, maka artinya kemarau tahun ini akan berlangsung lebih pendek dan cepat. Kemarau yang lebih pendek ini juga memberikan dampak yang cukup positif bagi Bantul karena bakal mengurangi cakupan wilayah yang bakal terdampak kekeringan.
"Harapannya kalau memang puncak kemarau terjadi di bulan Agustus, bisa dimungkinkan di bulan September sudah akan selesai. Artinya, kalau skenario seperti itu, Bantul tidak akan mengalami kekeringan yang mengkhawatirkan tahun ini," tuturnya.
Dwi menambahkan, soal anggaran rutin terkait penanganan kekeringan di BPBD Bantul, hingga saat ini masih tetap sama berkisar diangka Rp40-50 juta. Namun, akan ada penambahan dari jumlah tanki yang bakal disiapkan untuk melakukan dropping air bersih.
Baca Juga: Ponorogo Alami Kekeringan Parah, Ratusan Warga Butuh Air Bersih
"Anggaran masih tetap sama, sedangkan untuk tangki akan lebih banyak karena sudah ada beberapa sumur yang berdasarkan hasil rekomendasi dari Dinkes Bantul airnya layak untuk dikonsumsi oleh warga masyarakat," tandasnya.
Berita Terkait
-
Ponorogo Alami Kekeringan Parah, Ratusan Warga Butuh Air Bersih
-
Suhu di Jogja Mendadak Dingin, BMKG Beberkan Alasannya
-
Jokowi Minta Adik Ipar Mundur dari Pilkada dan 4 Berita Top SuaraJogja
-
Kemarau Panjang, 3 Kecamatan di Mojokerto Terancam Krisis Air Bersih
-
Musim Kemarau di Jogja Malah Dingin, BMKG Ungkap Sebabnya
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Kecelakaan Lalu Lintas Masih Tinggi, Kasus Narkoba Naik, Ini Kondisi Keamanan Sleman 2025
-
BRI 130 Tahun: Dari Pandangan Visioner Raden Bei Aria Wirjaatmadja, ke Holding Ultra Mikro
-
2 Juta Wisatawan Diprediksi Banjiri Kota Yogyakarta, Kridosono Disiapkan Jadi Opsi Parkir Darurat
-
Wali Kota Jogja Ungkap Rahasia Pengelolaan Sampah Berbasis Rumah Tangga, Mas JOS Jadi Solusi
-
Menjaga Api Kerakyatan di Tengah Pengetatan Fiskal, Alumni UGM Konsolidasi untuk Indonesia Emas