“Sehari bisa meraup Rp100 ribu, kadang juga tak sampai sebesar itu. Jadinya saya berjualan sendiri saja dengan hasil yang juga biasa. Jumlah ini memang cukup untuk keluarga, biaya lainnya dibantu juga dengan istri saya,” katanya.
Bertahan di dalam keterpurukan mungkin tak banyak orang bisa melaluinya. Bagi Sam, kehidupan adalah pilihan, apakah orang tersebut siap bertahan atau tidak.
“Sekarang hanya berharap dengan yang memberi rezeki. Bagaimana kondisinya saya tetap berusaha, masih banyak orang yang perlu saya hidupi,” katanya.
Seorang pedagang masker lainnya, Lina Mardiani, yang tinggal di Kampung Dipoyudan, Ngampilan, Kota Yogyakarta, juga mengalami keterpurukan sebelum memutuskan berjualan masker di tengah pandemi ini. Pengusaha ayam geprek ini nyaris bangkrut dan menutup usahanya sementara.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Afrika Selatan Kewalahan, Kurang Dokter dan Perawat
“Berjualan makanan memang belum tentu hasilnya sesuai yang diharapkan. Bagi saya memilih usaha di tengah kondisi seperti ini harus melihat peluang yang ada. Kebutuhan masyarakat terhadap masker cukup banyak, maka usaha ini yang saya ambil,” jelas Lina, yang memproduksi masker secara mandiri ini.
Wanita 53 tahun ini tak hanya berjualan masker, dirinya juga menyisihkan sebagian hartanya untuk membagikan makanan gratis tiap Jumat. Hal itu dia lakukan karena pernah menjadi orang serba kekurangan, termasuk seperti kondisi masyarakat yang dialami di tengah wabah ini.
“Saya pernah menjadi orang yang serba kekurangan. Bahkan pernah makan hanya dengan satu bungkus mi dibagi kepada tiga orang di dalam rumah. Maka saya tahu betul kondisi masyarakat saat ini dan perlu dibantu,” katanya.
Lina dan Sam merupakan sejumlah kecil orang yang terdampak Covid-19, merasakan keterpurukan dari usaha yang nyaris bangkrut. Namun bagi mereka, bertahan hidup tetap harus dilakukan, dan ada orang lain yang bergantung terhadap dirinya.
“Mungkin semuanya butuh proses. Namun yang penting, bagaimana manusia tetap bertahan dan berusaha dengan doa dan bantuan yang maha kuasa. Bagi saya tak ada yang sia-sia dengan usaha yang sudah dilakukan bahkan sampai merasakan kondisi jatuh miskin sekalipun. Tuhan masih memiliki rencana baik untuk masing-masing orang,” terang Lina.
Baca Juga: WHO: Dampak Pandemi Covid-19 Bisa Dirasakan Beberapa Dekade Mendatang
Berita Terkait
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
-
Kawal Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19, 10 Tahun Jokowi Catat Kemajuan Pesat Bidang Telemedicine
-
Dampak Lanjutan Pandemi Covid-19 di Australia: Total Ada 8.400 Meninggal Dunia
-
Peroleh Julukan Bapak Pengendali Inflasi, Mendagri Tito Karnavian Menyebutkan Ilmu Pandemi COVID-19
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Lihat Jaksa di Sidang Tom Lembong Cengar-cengir, Publik Malah Kesal: Nasib Orang Dianggap Bercandaan!
-
GERKATIN: Ruang Berkarya bagi Teman Tuli
-
5 Asteroid Paling Berbahaya Bagi Bumi, Paling Diwaspadai NASA
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
Terkini
-
Pemkab Bantul Siapkan Data Anak Sekolah untuk Program Makan Bergizi
-
Ibunda Mary Jane Sambut Hangat Kabar Anaknya Segera Pulang
-
Mahasiswa UNY Berhasil Sulap Limbah Sampah Jadi Suplemen Tanaman
-
DMFI Bareng Shaggydog Serukan Larangan Peredaran Daging Anjing, Pemda DIY Siapkan Perda
-
Minta ASN yang Selingkuh Tetap Diberhentikan, Bupati Sunaryanta: Saya Siap Tempuh PTUN Kalau Tak Ada Titik Temu