Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 05 Agustus 2020 | 14:45 WIB
Ilustrasi pasangan bertengkar. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Seorang pria mengunggah cerita menyedihkan tentang pernikahannya di Twitter. Merasa tidak dihargai oleh istri dan keluarga istrinya hingga dipisahkan dari sang anak, pria ini mengaku rindu dan tidak ingin menceraikan istrinya.

Seorang pria, dengan nama akun Twitter @pernahjadisuami, membagikan kisah sedihnya di Twitter Minggu (2/8/2020). Cerita ini berawal dari hubungannya dengan seorang gadis yang ia jadikan kekasih.

Delapan bulan menjalani hubungan pacaran, ia diberitahu pasangannya tengah mengandung. Ia pun bertanggungjawab dengan kehamilan kekasihnya. Saat hendak menyampaikan niat baiknya ke orangtua pacarnya ia justru dilarang.

Perempuan itu justru kabur dari rumah untuk menemuinya yang tinggal di kota lain. Selama ini mereka memang menjalani hubungan jarak jauh. Ketika itu, ia merasa bahaya jika memberikan kabar kehamilan kekasihnya pada orangtua perempuan.

Baca Juga: Ada 1.032 Janda Baru di Gunungkidul Selama Pandemi Covid19

Sebab, baru berniat saja kekasihnya sudah melarikan diri. Khawatir terjadi hal buruk dengan kandungan istrinya, ia memilih diam. Dua minggu setelahnya, mereka akhirnya menikah di kota si pria. Ia menjual mobil dan menguras seluruh isi tabungannya untuk melangsungkan pernikahan.

"Oh iya, saya tidak jadi kerja di Jepang demi nikah dengan dia. Demi dia dan anak yang ada di perut. Saya nganggur berbulan-bulan," tulis pria tersebut.

Demi bertanggungjawab dengan kehamilan istrinya, ia memilih membatalkan tawaran kerja di Jepang. Selam berbulan-bulan ia tidak memiliki pekerjaan. Namun masih sanggup mengajak istrinya untuk USG setiap bulan dengan harga yang cukup tinggi.

Awal tahun 2020, pria ini mulai mendapatkan pekerjaan. Karena lokasi pekerjaan yang ada di tempat tinggal istrinya, mereka akhirnya memutuskan untuk menyewa rumah. Dua hari tinggal di kontrakan istrinya merasa mulas dan langsung dilarikan ke bidan terdekat.

Ternyata, istrinya sudah bukaan 4. Ia sempat bertanya pada istrinya, sampai kapan akan menyembunyikan kehamilan dari orangtuanya. Istrinya mengaku ingin mengatakan setelah sang buah hati lahir. Khawatir istrinya melahirkan seorang diri, ia mengirimkan pesan kepada mertuanya.

Baca Juga: Gunungkidul Bakal Tolak Rombongan Besar Wisatawan Asal Zona Merah

Tidak lupa, ia juga memberikan kabar kepada orangtuanya di rumah. Keluarga istrinya pun akhirnya datang. Semua terlihat baik-baik saja hingga ibu si pria mengirimkan pesan singkat yang mengatakan kakak istrinya baru menelepon mereka.

Kakak sang istri mengirimkan pesan dengan bahasa yang arogan ke ibu pria itu. Inti pembicaraan membahas agar pria itu bertanggungjawab dengan apa yang terjadi pada adik perempuannya. Si kakak juga sempat menelepon ayah si pria dengan kata-kata yang tidak pantas.

Membaca pesan tersebut, mata pria ini berkaca-kaca. Ia merasa tidak habis pikir, kenapa keluarga istrinya harus membahas persoalan itu di saat istrinya tengah berjuang untuk melahirkan. Menurutnya, istrinya sedang butuh dukungan untuk melahirkan anak pertama.

"Saat itu saya kecewa kepada keluarganya. Sangat kecewa," tulisnya.

Pukul 12 siang, putranya lahir dengan normal. Rambutnya tebal seperti sang ayah dan hidungnya mungil mirip seperti ibunya. Pola kukunya mirip si suami, namun kulit putihnya meniru si istri. Ia lantas mengumandangkan azan di telinga putranya, dengan berlinang air mata.

Setelah putranya lahir, ia menerima pesan singkat dari yahnya yang mengirimkan uang untuk membayar biaya persalinan. Jujur, ia merasa malu meminta uang dari orangtua di saat dirinya sendiri sudah menikah. Sempat berbalas pesan, ia menerima kabar orangtuanya tidak bisa datang dan akan berkunjung minggu depan.

Istrinya sudah diperbolehkan pulang jam 6 sore. Mereka akhirnya pulang ke kontrakan, mulanya si suami merasa tidak nyaman dengan budaya-budaya dari mertuanya yang harus dilakukan. Ia diminta melakukan beberapa hal yang selama ini tidak pernah dilakukan di keluarganya.

Selama satu minggu ia merasa kelelahan karena harus pergi bekerja, mencuci baju anaknya, dia dan istrinya, mencuci piring, memandikan istrinya mengobati luka jahit istrinya. Namun ia merasa senang, karena saat di Jepang ia terbiasa hidup seorang diri.

Dalam kurun waktu satu minggu itu, ia merasa kurang tidur, namun tetap menikmati pekerjaan barunya. Dia merasa baik-baik saja, hanya sering tertidur di tempat kerja. Ketika orangtuanya datang, mereka membawakan kereta bayi, rujak malasya, dispenser, kado perlengkapan bayi dan beberapa set baju bayi.

"Kemi (ayah saya) sepertinya senang sekali. pertama kalinya. Dan posisi anak saya itu sama seperti saya. Anak pertama dan cucu pertama di keluarga," imbuhnya.

Kedatangan orangtuanya sekaligus melakukan ritual pemotongan rambut. Sayangnya keluarga sang istri justru tidak datang. Baru keesokannya, ayah mertuanya datang saat ia tengah menjemur baju. Mereka kemudian berbicara bertiga dengan istrinya juga.

Ayah mertuanya mengaku sakit hati dengan perilaku si pria tersebut. Karena keluarga mereka tidak diberitahu terlebih dahulu mengenai kehamilan putrinya. Sementara keluarga si pria sudah mengetahui sejak usia kandungan memasuki lima bulan.

Pria itu menyerahkan jawaban kepada istrinya. Karena atas kemauan istrinyalah ia tidak memberitahu mertua dan baru orangtuanya saja. Namun, meskipun istrinya mengeluarkan alasan yang aneh sang mertua tetap membela.

Akhirnya ia diminta untuk melakukan akad kembali setelah bayi berusia 40 hari. Mertuanya bahkan menanyakan apakah ia masih ingin bersanding dengan putrinya atau tidak.

"Saya kaget, ditambah kecewa. Kata-kata itu tidak terbayang oleh saya. Mertua saya menjadi pelopor ucapan FATAL," tulisnya lagi.

Saat berdiskusi dengan istrinya, ia menyampaikan tidak mampu jika harus kembali menggelar akad nikah. Jika keluarga si istri mau mebiayai seluruh biaya pernikahan ia mengaku siap untuk menjalani janji suci itu kembali.

Sempat saat ia meminta berbagi tugas domestik dengan istrinya, seperti mencuci atau menjemur baju si kecil, istrinya menolak. Alasannya, sang istri juga lelah dan kurang tidur karena harus menyusui. Jika marah dengan istrinya ia memilih tidur di sebelah motor.

Suatu ketika, si suami meminta ijin untuk menjenguk orangtuanya di rumah. Ia hendak menukar motor miliknya dengan milik sang ayah yang sudah tua. Sekaligus ia ingin membayar pajak kendaraan. Sebelum pergi ia meninggalkan uang untuk istrinya.

Keluarga sang istri juga ia minta menginap di kontrakan agar ibu anaknya itu tidak kesepian. Ia juga menitipakn istrinya ke pemilik kontrakan, uang untuk membayar bidan dan hidup sehari-hari selama sebulan telah ia berikan.

Setelah menyelesaikan urusan di kota asalnya dan hendak pulang, ia mendapat pesan dari sang istri yang menggunakan uang untuk ke bidan senilai Rp 200.000 diserahkan kepada ayah mertua. Merasa tidak dimintai ijin terlebih dahulu, si suami merasa tersinggung dan mereka berdebat.

Sebelum kembali ke kontrakan, ia bertemu rekannya untuk meminjam uang agar tetap bisa mengantar istri ke bidan. Sayangnya, setelah pulang, ia menemukan kontrakan dalam keadaan kosong dan terkunci. Diberitahu pemilik kontrakan bahwa istrinya pulang ke rumah orangtua.

"Lagi, lagi kecewa. Sakit. Bahkan lelah perjalanan menghilang. Jadi luka di hati yang tercabik-cabik. Saya buka pintu kontrakan. Semua berantakan, bekas pampers di mana-mana. Kursi roda bayi tak ada. Keranjang bayi tak ada. Jemuran bayi tak ada. Saya tengok lemari. Tak ada sehelai pun baju dia dan bayi," curhat pria itu.

Bahkan, surat-surat penting milik sang istri dan buku nikah juga tidak ada. Ia merenung karena tidak menerima kabar istrinya akan pergi. Semalaman ia tidak bisa tidur karena merasa rindu. Sedangkan pesannya tak dibalas.

Hari berikutnya, ia bersiap datang ke rumah istrinya. Disana, ia ditemui oleh ayah mertua dan paman istrinya. Ia dicecar pertanyaan kenapa meninggalkan istri dan anaknya sendirian. Mertuanya juga kembali membahas terkait akad nikah ulang dan mempertanyakan kelanjutan pernikahan mereka.

Semua selesai saat ia menjawab dengan iya dan maaf untuk setiap argumen ayah mertuanya. Ia lantas mengunjungi istri dan anaknya yang tinggal di rumah saudara. Berniat mengajak istrinya pulang, pria ini justru ditolak. Bahkan istrinya enggan dipeluk dengan raut muka yang seolah jijik padanya.

"Selama seminggu saya nanyain anak, dia pun tak lupa. Hanya saja terbilang jarang. Kalau diwajarkan. Ya wajar. Saya harus kerja. Masak sendiri. Cuci piring sendiri. Nyapu, ngepel, sendiri," tulisnya.

Ia akhirnya mengalah dan memilih pulang seorang diri. Setelah seminggu, rupanya istri dan keluarga mertuanya memiliki beragam alasan kenapa mereka tak lekas kembali ke kontrakan. Mereka juga sempat berdebat terkait kepulangan sang istri.

Hingga setelah beberapa minggu, ia kembali menelpon istrinya untuk menanyakan status pernikahan mereka. Ternyata sang istri meminta cerai dan meminta sang suami untuk mengurus semuanya di pengadilan. Kehilangan gairah hidup dan kerja berantakan ia menceritakan masalah rumah tangganya kepada sang ibu.

Selama ini ia memendam permasalahan keluarga kecilnya sendiri. Hingga saat utas ini ditulis, ia masih tidak ingin memberikan talak untuk istrinya. Saat berbaring sendirian di kasur, ia juga masih mengingat masa-masa indah saat istrinya minta dipijat dan dielus punggungnya sebelum tidur.

Load More