Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 21 Agustus 2020 | 13:00 WIB
Ilustrasi musim kemarau - (Pixabay/dekel)

SuaraJogja.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprediksi musim kemarau di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan mencapai puncaknya pada bulan ini, Agustus.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menjelaskan, musim kemarau saat ini lebih basah dibanding musim kemarau tahun sebelumnya.

Hal itu disebabkan oleh masih hangatnya suhu permukaan laut selatan, sehingga pada musim kemarau berpotensi terjadi penguapan yang signifikan, lalu membentuk awan-awan hujan. Kondisi ini didukung pula adanya perlambatan angin di lapisan 700-800 milibar.

"Artinya, walau puncak kemarau, tapi tetap berpotensi hujan, seperti beberapa waktu lalu Yogyakarta diguyur hujan," ungkapnya, Jumat (21/8/2020).

Baca Juga: Cuaca Cerah Hiasi Langit Jakarta di Libur Cuti Bersama Jumat Ini

Reni menyatakan, masyarakat banyak yang menduga bahwa ketika kemarau, maka tidak ada hujan sama sekali. Padahal, kondisi itu belum tentu benar terjadi.

"Jadi musim kemarau pun ada hujan, seperti demikian juga kalau musim hujan, ada cerah berawannya juga. Tidak hujan terus-menerus," terang Reni.

Ia menambahkan, musim kemarau basah seperti sekarang berdampak pada tingginya gelombang di perairan laut selatan. Sebab, angin timur yang bertiup Australia ke Indonesia lewat laut selatan.

"Biasanya di sebelah barat Australia juga tumbuh daerah bertekanan tinggi," kata dia.

Lebih jauh Reni menerangkan, gelombang laut dapat dikategorikan tinggi apabila tingginya mencapai 2,5 sampai 4 meter. Sementara, ketika gelombang memiliki tinggi lebih dari 4 meter, maka dikategorikan sangat tinggi.

Baca Juga: Indonesia Diguyur Hujan Lebat di Musim Kemarau Akibat Perubahan Iklim

"Jika terjadi gelombang tinggi di laut, biasanya kecepatan angin di atas 45-60 Km/ jam. Bisa dikatakan anginnya kencang," ujarnya.

Sementara itu, anggota FPRB Sumberharjo, Sri Widodo, berharap, musim kemarau pada tahun ini tidak sepanjang tahun sebelumnya.

"Tahun lalu panjang banget, sampai delapan bulan. Kalau tahun ini, bulan kemarin masih hujan," ujarnya.

Pihaknya mengungkapkan, bila kemarau sampai menyebabkan kekeringan di Sumberharjo, maka diperkirakan hal itu terjadi pada September hingga Oktober.

Sehari-harinya mengandalkan air sumur, diperkirakan pula persediaan air di Sumberharjo masih cukup hingga dua bulan ke depan.

"Ada penyediaan jaringan PDAM rencananya, tapi penyalurannya belum tahu, karena masih uji coba. Kemarin ada bangunan PAMSIMAS, tapi belum berjalan," lanjutnya.

Selain itu, di Desa Sumberharjo juga pernah ada pembangunan sumur dari pemerintah. Hanya saja, pihaknya belum dapat meyakini bisa tidaknya debit air mencukupi kebutuhan masyarakat.

Untuk diketahui, data BPBD Sleman mencatat bahwa Sumberharjo merupakan satu dari sejumlah daerah di Kabupaten Sleman yang kerap mengalami kekeringan kala kemarau panjang. Bukan hanya Sumberharjo, sejumlah desa lainnya yang kondisinya serupa adalah Gayamharjo, Sambirejo, dan Wukirharjo.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More