SuaraJogja.id - Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman punya alasan khusus yang menyebabkan baru dua candi lagi yang siap dibuka, di masa adaptasi kebiasaan baru ini.
Kepala Dispar Sleman Sudarningsih menyebutkan, dua candi yang siap dibuka di masa pandemi ini adalah Candi Ijo dan Candi Sambisari.
Namun demikian, pihaknya masih terus menyiapkan sarana prasarana protokol kesehatan pencegahan COVID-19 di objek wisata tersebut.
Sudarningsih mengungkapkan, dua candi tadi dipilih untuk dibuk karena pengendaliannya lebih mudah.
"Dari sisi space bukan cuma luas. Kalau Candi Ijo... sudah pernah naik ke atas ya? Nanti dari kapasitasnya bisa kami hitung," terang dia, Kamis (27/8/2020).
Ia menambahkan, "Pembatasan bukan berarti, misalnya sebelumnya ada 500 wisatawan lalu jumlah dipotong hanya sampai 250 orang saja, melainkan ada penerapan jarak satu meter dari satu pengunjung ke pengunjung lainnya."
Selama ini, pengelola masih belum tepat dalam menghitung jarak tersebut, sehingga mulai saat ini dan saat dibuka untuk uji coba, penghitungan jarak antar pengunjung dilakukan ketat.
Selain itu nantinya, pada saat menjelang matahari terbenam (sunset), kunjungan akan ditutup.
Pukul 15.00 WIB akan menjadi akhir waktu untuk menerima pengunjung baru memasuki candi. Pukul 16.00 WIB, penambahan pengunjung sudah tidak diperbolehkan.
Baca Juga: Era Adaptasi Kebiasaan Baru, Wisawatan Sleman Perlu Daftar Online
"Karena jam 17.00 WIB, saat sunset itu sudah tidak bisa mengendalikan [orang yang mau masuk]. Kerumunan orang banyak sekali. Nanti kami sementara itu uji coba terbatasnya seperti itu," tutur dia.
Hal serupa akan diterapkan pula di Candi Sambisari. Ning menyatakan, candi-candi lain di Sleman belum siap dibuka, salah satunya disebabkan kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM).
Dari total 10 petugas retribusi, di hari normal dinas hanya menyiapkan dua orang bertugas di masing-masing objek wisata candi.
Sedangkan di masa pandemi, untuk mengurangi antrean dan menerapkan jaga jarak, maka dinas menempatkan lima orang petugas di masing-masing pos.
Idealnya, petugas pengukur suhu juga dibutuhkan dalam jumlah tidak sedikit, sambung Ning, karena walaupun thermo gun sudah ada, bila jumlah petugas kurang memadai, dikhawatirkan tidak bisa mengendalikan dengan baik.
"Wastafel juga masih kurang," imbuhnya.
Berita Terkait
-
Era Adaptasi Kebiasaan Baru, Wisawatan Sleman Perlu Daftar Online
-
Cerita Pengusaha Selama Pandemi Covid-19: "Terpenting Tidak Pecat Karyawan"
-
Pilih Maskapai Sampai Siapkan eHAC, Ini Cara Berwisata Aman di Masa Pandemi
-
Daftar 10 Destinasi Wisata Labuan Bajo yang Sudah Buka di Masa New Normal
-
GAIKINDO Beberkan Daftar 5 Merek Mobil Terlaris Selama Bulan Juli 2020
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Dari Lorong Sempit Jadi Ladang Rezeki: Kisah Emak-Emak Rejosari Ubah Kampung Jadi Produktif di Jogja
-
Kondisi Lapangan Palu Bikin Pemain PSS Sleman 'Sesak Napas'? Ini Kata Pelatih
-
Jangan Sampai Ketinggalan, Ini Cara Jitu Klaim DANA Kaget & Ciri-Ciri Tautan Palsu
-
Ansyari Lubis Ungkap Resep Kemenangan PSS: Disiplin Bertahan dan Serangan Balik Jadi Momok Lawan
-
PSS Sleman Menggila, Modal Penting Raih Mimpi Promosi ke Super League