Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 24 September 2020 | 14:35 WIB
Cuitan analogi jalanan beraspal dan realitas sosial di Jogja. - (Twitter/@calondolanan)

SuaraJogja.id - Akun Twitter @calondolanan membagikan sebuah gambar yang menunjukkan jalanan beraspal yang hanya sebagian saja, sementara sisanya masih rusak.

Kondisi tersebut dianalogikan dengan realitas sosial di Yogyakarta.

Dalam gambar yang dibagikan itu, terlihat jalanan panjang berbatu dan bercampur pasir.

Namun, ada sebagian kecil bagian jalan yang sudah diaspal dan terlihat sangat mulus, beserta dengan marka jalan warna putih.

Baca Juga: Detik-detik Penyelamatan Tangan Wanita yang Tersangkut di Ban Motor

Akun Twitter @calondolanan menganalogikan mem yang memang sedang viral itu dengan kondisi realitas sosial yang terjadi di Jogja.

Bagian yang beraspal adalah segala romantisasi tentang Jogja, seperti "terbuat dari angkringan, rindu dan pulang."

Kemudian kota "istimewa, kota budaya, kota pendidikan, kota romantis, makanan murah," dan sebagainya.

Sementara bagian jalan yang masih rusak adalah realitas sosial yang sebenarnya dialami masyarakat, yakni adanya pembangungan pagar Alun-Alun Utara senilai Rp2,3 M; UMR daerah sebesar Rp2 juta, fenomena klitih, penangan corona dengan laku hening, anak muda tidak bisa bahasa Jawa, biaya pendidikan tidak terjangkau, alih fungsi lahan yang menyasar area pertanian, dan pembangunan jalan tol.

Sejak diunggah pada Rabu (23/9/2020), cuitan tersebut sudah disukai lebih dari 5.700 pengguna Twitter.

Baca Juga: Video Pemotor Bule Dibikin Kicep Nicholas Saputra, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada 2.000 lebih yang membagikan ulang, dan 200 lainnya menggunakan kutipan.

Selain itu, ada pula banyak komentar yang ditinggalkan warganet.

"Kalau masalah tol jika kurang setuju rasanya kurang pas, melihat perkembangan arah utara dan timurnya, yang ada perkembangan Jogja jika tidak ada tol malah terasa berat untuk akses kedepannya," tulis akun @Greatslna.

"Selama biaya operasional pertanian mahal & harga hasil panen segitu-segitu saja ya selama itu pula alih fungsi lahan akan berlangsung. Jadi selain aturan pelarangan alih fungsi lahan pertanian ya harusnya dibarengi dengan biaya pupuk yang terjangkau & harga hasil pertanian yang pantas," komentar akun @triiseptianto.

"Ya gak ada salahnya orang bilang begitu, tiap daerah pasi ada baik buruknya. Yang bilang Jogja bagus itu kan emang orangnya merasakan begitu," tanggapan akun @ooogarin.

Sementara akun @irfanKahnif1 menyampaikan, "Tambahi mas, harga tanah melambung tinggi, biaya sewa rumah mahal."

Load More